Cantiknya Sulam Indonesia Tak Sekadar Hasta Karya Penganggur

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Kamis, 05 Feb 2015 17:39 WIB
Hanya sebagian kelompok orang saja yang masih menekuninya hingga saat ini. Menyulam dinilai sebagai kegiatan kuno yang hanya dilakukan oleh orang tua.
Kreasi sulaman indonesia di Museum Tekstil Jakarta (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menyulam tentunya bukan kegiatan yang asing lagi. Beberapa di antara Anda pasti pernah melihat ibu atau nenek Anda menyulam. Berbekal jarum, benang, dan kain, mereke pun mulai merangkai benang-benang menjadi bentuk-bentuk indah seperti bunga, daun, atau motif-motif lainnya.

Sayangnya, kegiatan menyulam di Indonesia tidak populer. Hanya sebagian kelompok orang saja yang masih menekuninya hingga saat ini. Menyulam dinilai sebagai kegiatan kuno yang hanya dilakukan oleh orang tua. Akibatnya, generasi muda pun enggan melakukannya.

Lebih parah lagi, kegiatan menyulam dianggap sebagai kegiatan seorang pengangguran. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Komunitas Pencinta Sulam, Salfrida N. Ramadhan K.H. Sebagai pencinta sulam yang juga ahli menyulam, ia merasa sangat sedih ketika orang-orang menyebut menyulam adalah kegiatan pengangguran. Padahal menurutnya, jika benar-benar ditekuni, hasil sulam itu bisa dijual dan mahal harganya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, masyarakat pun belum bisa mengapresiasi hasil karya sulam yang ada di pasaran. Mereka hanya melihat dari hasilnya saja, tak peduli dengan proses menyulam yang begitu panjang dan membutuhkan ketelitian dan kreativitas yang tinggi. "Orang belum mau beli yang mahal. Mereka selalu cari yang murah, padahal kualitasnya jauh berbeda," ucapnya, saat ditemui di Museum Tektil, Jakarta, Kamis (5/2).

Tidak hanya dari sisi konsumen, perkembangan pengrajin sulam di Indonesia pun belum seragam dan masih sedikit sekali daerah yang mengembangkan kerajinan ini. "Perkembangan sulam di Indonesia tidak sama. Di Bukit Tinggi hasil dan penikmat sulam berkembang dengan baik. Sementara di Bali, tidak berkembang dengan baik dan jalan di tempat," kata istri dari Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Bintang Puspayoga.

Bintang pun menilai, kriya sulam mulai ditinggalkan karena tergerus era globalisasi. Untuk itu perlu usaha keras, inovasi, dan kreativitas agar kerajinan sulam digemari generasi muda dan dapat berkembang dengan baik.

"Bagaimana membuat kegiatan menyulam menjadi kegiatan yang menyenangkan. Tentunya juga dengan mengajarkan teknik menyulam yang mudah agar generasi muda senang menyulam," ujarnya.

Sejauh ini, Salfrida mengatakan, hanya ada empat daerah yang mampu mengembangkan kerajinan sulamnya, yaitu Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Timur dan Gorontalo. Dengan teknik dan motif masing-masing, daerah ini telah menghasilkan karya sulaman yang indah dan cantik.

(Baca juga: Melirik Cantiknya Ragam Sulaman di Museum Tekstil)


(mer/mer)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER