Menyesap Uniknya Bir 'Pisang' di Paulaner Brauhaus Jakarta

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Jumat, 06 Feb 2015 19:00 WIB
Seperti parfum, bir memiliki top notes atau aroma yang lebih dulu sampai ke hidung. Weissbier memiliki aroma pisang.
Kiri ke kanan: Weissbier, lager dan dunkel di Paulaner Brauhaus (CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti)
Jakarta, CNN Indonesia -- Atmosfer Jerman langsung terasa tatkala melihat drum kayu besar dan tembok bata berwarna gelap serta cahaya lampu kuning yang temaram di Paulaner Brauhaus. Bar kayu panjang, kran bir dari tong dan meja-kursi berkaki tinggi khas pub bir menjadi aksesori utama di sini.

Sekalipun menyajikan bir, tak ada orang mabuk yang penuh racauan, berkeliaran. Yang terdengar hanya gelak tawa dan obrolan-obrolan sesama teman atau keluarga yang datang.

"Kalau mabuk-mabukan biasa hanya saat event tertentu, seperti Oktoberfest lalu," kata Natalia Atmaja, Asistant Public Relation Manager Hotel Indonesia Kempinski Jakarta. Paulaner Brauhaus memang restoran yang menjadi salah satu bagian dari grup manajemen hotel ikonik di Jakarta ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudut favorit saya di tempat ini adalah di bagian ujung restoran menghadap kaca besar. Kelap-kelip lampu mobil dan lampu kota di sepanjang jalan Thamrin langsung terhampar di hadapan.

'Rumah' bir ini mengunggulkan citarasa bir asli yang dibuatnya sendiri. Paulaner memang memiliki tempat pembuatan bir atau brew house sendiri. Di tempat inilah sang brew master atau ahli pembuat bir, Arie Susanto, bekerja.

"Saya membuat sendiri bir ini dari bahan asli, mencampurnya, mengaduk sampai birnya jadi," kata Arie.

Kebetulan, restoran ini baru saja mengeluarkan varian bir terbarunya, Weissbier. Di kalangan pencinta bir, weissbier sudah tak asing lagi. Varian ini melengkapi dua macam bir yang sudah tersedia sebelumnya, yaitu lager dan dunkel.

Ketiganya memiliki sensasi rasa dan tentunya warna yang berbeda. Tak heran, ketiganya dibuat dengan bahan dan racikan yang berbeda-beda. Lager dan dunkel adalah varian bir yang dibuat dengan bahan dasar barley. Lager memiliki warna bir yang cenderung kuning cerah. Lager juga merupakan jenis bir klasik di restoran Jerman ini dengan kandungan alkohol 4,9 persen. Sedangkan dunkel, memiliki warna yang lebih gelap dengan kandungan alkohol 5,0 persen.

Dunkel, memiliki arasa yang lebih kuat namun cenderung memiliki after taste yang manis. "Dunkel memang dibuat dengan tambahan karamel, jadi warnanya agak gelap dan rasanya lebih manis," ujar Arie.

Weissbier, bir aroma pisang

Merasa tak puas dengan gelas bir berukuran 0,3 liter, segelas besar weisbbier (0,5 liter) dipesan dan langsung tersaji di meja. Bir ini tak dituang dari pitcher, melainkan langsung diambil dari drum berkeran di bar. Busa-busa birnya pun langsung memenuhi mulut gelas. Memang, seharusnya bir memang disajikan langsung dari tong asalnya bukan dari pitcher. Bir yang terlalu lama dibiarkan terpapar oksigen dari udara terbuka ini akan mengubah rasanya jadi lebih hambar.

Setelah kran diputar, sang pelayan berseragam pakaian Jerman pun buru-buru mengantarkan ke meja. Sebelum diminum, ada aroma menggelitik dari birnya. Seperti parfum, bir juga memiliki top notes atau aroma yang lebih dulu sampai ke hidung. Berbeda dengan bir lain, weissbier memiliki aroma pisang.

"Aromanya memang lebih fruity seperti pisang, tapi tentu saja tak ada pisang di dalamnya," kata Arie bercanda.

Weissbier mengandung kadar alkohol 4,7 persen dan memiliki warna kuning yang cerah seperti lager. Namun, bir ini, seperti khas Paulaner, memiliki tampilan yang lebih keruh dibanding bir di luaran. Warna yang keruh ini disebabkan karena Paulaner tak melakukan penyaringan bir. "Biar rasanya lebih natural aja, dan dapat mineral di dalamnya. kalau disaring, mineralnya hilang," ucapnya.

Bir beraroma pisang ini dibuat dari gandum. Sayangnya, gandum Jerman.

Bir favorit warga Jerman ini terasa yang lebih gassy. Jangan heran kalau minum beberapa teguk, perut akan mulai bergas dan bersendawa layaknya seperti minum soda.

Seharusnya, bir ini memiliki sensasi rasa yang lebih kuat dan menyentak, namun kala itu rasanya kurang kuat, walau tetap nikmat. Arie menjelaskan, bir yang tersaji kala itu masih belum cukup umur, baru dua minggu. "Idealnya, bir ini harus difermentasikan atau disebut aging selama 3 minggu sampai satu bulan. Tetapi sebelum itu bukannya tidak bisa dan tidak enak diminum, tapi rasanya kurang kuat saja," ucapnya.

Di antara ketiga jenis bir, bagi saya, paling cocok adalah weissbier-nya. Sensasi menggelitik dari gas dan busanya, aroma pisangnya yang unik, serta rasanya yang cukup kuat dan 'menyegarkan'.

Sajian makanan khas Jerman

Minum bir pun ada aturannya. Tak boleh minum kala perut sedang kosong. "Nanti cepat mabuk," ucapnya.

Restoran ini menghadirkan aneka kreasi makanan khas Jerman. Mulai roti, sup, salad, ayam, meatloaf, sosis, sampai crispy pork knuckle. Sang William Wijaya, Assistant Chef Paulaner Brauhauss yang menemui saja mengatakan, menu terfavorit di sini adalah Paulaner Platter to share.

Crispy Pork Knuckle


Di atas meja, menu platter ini ternyata berukuran sangat besar. Tak sanggup rasanya menghabiskan porsi ini, apalagi jika Anda hanya datang berdua dengan teman perempuan.

Paulaner Platter ini terdiri dari poached smoked pork chop, debrecener sausage, meatloaf, vienna sausages, nuremberger sausages, dan crispy pork knuckle. Semua sajian ini disajikan dengan tambahan pelengkap berupa sauerkraut dan mashed potatoes.

Sang bintang utama tentu saja si pork knuckle. Bukan cuma aromanya saja yang menggoda, lapisan luar pork knuckle yang garing dan cokelat keemasan ini membuat pisau dan garpu berebut untuk memotongnya. Begitu dipotong, kerenyahan kulitnya makin terlihat. Sedikit butuh usaha ekstra untuk bisa melawan renyahnya kulit. Namun semakin ke dalam, saat daging mulai teriris, yang tersisa hanyalah daging yang empuk dan juicy.

Kombinasi kulit garing dengan lembutnya daging terasa menyatu dalam mulut. Tak ada bumbu yang terasa overload di lidah. Semuanya pas. Untuk menghasilkan daging yang super empuk dan kulit garing ini, pork knuckle dimasak selama 3 jam.

"Satu jam pertama, pork knuckle ini di steam dengan aneka bumbu. Dua jam setelahnya diroasting sampai matang," kata William membuka rahasia.

Untuk sensasi garing di luarnya, pork knuckle ini diroasting dalam suhu 220 derajat Celcius. "Kurang atau lebih dari itu, bisa tidak crispy dan gosong."

Pelengkap lainnya yang berupa sosis, meatloaf, sauerkraut serta mash potatoes juga cukup melengkapi kenikmatannya. Sosis yang paling menonjol rasanya dan nikmat adalah nuremberger. Nuremberger mengandung marjoram sehingga rasanya lebih kuat dan tasty dibanding lainnya.

"Semua sosisnya juga dibuat sendiri di restoran ini." (chs/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER