Kabar Buruk Bagi Anda Penggemar Ikan Tuna

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 03 Feb 2015 13:17 WIB
Perubahan iklim sudah benar-benar terjadi. Salah satu efek dari perubahan iklim adalah terjadinya peningkatan kadar merkuri pada ikan laut seperti tuna.
Ilustrasi tuna (REUTERS/Thomas Peter)
Jakarta, CNN Indonesia -- Para peneliti di dunia telah menyatakan perubahan iklim sudah benar-benar terjadi. Antartika mencair tiga kali lebih cepat dari yang seharusnya dan Iceland pun telah kehilangan semua esnya sehingga tanah pun mulai terlihat.

Salah satu efek dari perubahan iklim adalah terjadinya peningkatan kadar merkuri pada ikan laut seperti tuna. Rata-rata suhu permukaan laut global telah meningkat selama 30 tahun terakhir. Kenaikan suhu permukaan laut pun telah mengubah cara hidup hewan laut. Ikan tropis bergerak ke utara ke perairan yang lebih dingin. Paus pun kehilangan sumber makanan. Air laut yang menghangat juga mengubah nafsu makan ikan dan metabolisme.

Sebuah studi pada tahun 2013 menemukan bahwa killifish, ikan kecil penjelajah yang cenderung tidak banyak makan, malah makan lebih banyak dalam air hangat. Itu berarti ikan kecil yang mengonsumsi lebih banyak methylmercury, senyawa organik beracun, dan menularkannya ke ikan predator yang lebih besar seperti tuna dan ikan todak yang memangsa mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti dari University of Michigan menemukan konsentrasi merkuri pada tuna sirip kuning di Hawaii meningkat setidaknya 3,8 persen setiap tahun dari 1998 sampai 2008. Ini tentunya merupakan berita buruk bagi jutaan orang yang makan ikan, apalagi bagi penggemar tuna.

Paparan merkuri yang tinggi pada manusia dapat memengaruhi otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan kebutaan, tuli, gangguan fungsi kognitif, atrofi otot, kerusakan ginjal, dan kerusakan sistem pernapasan.

Para peneliti juga melihat data dari tiga studi yang mengamati tuna sirip kuning dari tahun 1971, 1998, dan 2008 yang manganalisis kadar merkuri dalam jaringan otot ikan. Mereka menemukan bahwa konsentrasi merkuri tidak berubah antara tahun 1971 dan 1998. Namun, ikan dari tahun 2008 memiliki konsentrasi merkuri yang lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Kadar merkuri meningkat secara global dalam air laut, dan penelitian kami adalah yang pertama menunjukkan peningkatan akibat merkuri pada ikan perairan terbuka," kata asisten peneliti di university’s School of Natural Resources and Environment, Paul Drevnick, seperti dilansir dari laman Medicaldaily, Selasa (3/2).

"Kebijakan yang lebih ketat diperlukan untuk mengurangi pelepasan merkuri ke atmosfer. Jika tingkat deposisi saat ini akan dipertahankan, kadar merkuri dalam perairan Pasifik Utara akan berlipat ganda pada tahun 2050."

Merkuri adalah polutan pada air dan udara karena penggunaannya dalam produk manufaktur seperti lampu neon, baterai, dan cat lateks. Merkuri berubah menjadi methylmercury ketika berinteraksi dengan bakteri dalam air, dan juga berakhir di laut melalui peristiwa alam seperti letusan gunung berapi.

Paparan methylmercury pada manusia sangat berbahaya karena tidak cepat memecah dalam tubuh. Itulah sebabnya para ahli menyarankan untuk mengurangi makan ikan laut, terutama yang besar dan bagi wanita hamil atau menyusui untuk menghindari itu sama sekali.

(mer/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER