Jenis Protein Penyebab Penyakit Jantung, Stroke, dan Kanker

Windratie | CNN Indonesia
Minggu, 15 Feb 2015 09:05 WIB
Peserta yang mendapat protein lebih banyak dari daging memiliki kadar peradangan lebih tinggi.
Selama proses memasak, makanan yang tinggi lemak dan protein juga mengembangkan produk akhir glikasi lanjutan yang menyebabkan peradangan dan penyakit degeneratif. (CNN Indonesia Internet/ Michael Stern/Flickr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah penelitian melaporkan, makanan tinggi protein memiliki konsekuensi kesehatan serius. Jurnal Nutrition menunjukkan bahwa sumber hewani tertentu adalah sumber makronutrien yang menyebabkan tingkat peradangan tinggi, dibandingkan makanan seperti kacang-kacangan.

Para peneliti dari Universitas Navarra di Spanyol merekrut sekitar 96 orang dewasa dengan obesitas. Para responden diminta untuk mengikuti diet kalori yang terdiri dari 30 persen atau 15 persen protein selama delapan minggu.

Pengukuran komposisi tubuh dan sampel darah diambil pada awal dan akhir penelitian. Asupan sayuran, daging, dan asupan protein dicatat sepanjang penelitian. Setelah delapan minggu, kedua kelompok kehilangan jumlah berat badan dan lemak yang hampir sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, peserta yang mendapat protein lebih banyak dari daging memiliki kadar peradangan lebih tinggi dibandingkan dengan partisipan yang mengonsumsi ikan atau protein nabati lebih banyak.

Apa artinya? Peradangan menyebabkan sejumlah penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker. Daging mengandung senyawa yang mempromosikan proses merugikan, seperti lemak jenuh dan besi, kata peneliti nutrisi Patricia Lopez-Legarrea.  

Selama proses memasak, makanan yang tinggi lemak dan protein juga mengembangkan produk akhir glikasi lanjutan yang menyebabkan peradangan dan penyakit degeneratif seperti diabetes adan aterosklerosis.

Meski begitu, para peneliti berhati-hati dalam membuat rekomendasi umum. Sebab, penelitian mereka hanya dilakukan pada sejumlah kecil orang dewasa dengan sindrom metabolik. Meski begitu, sebaiknya Anda tetap menjaga konsumsi daging merah. Setidaknya dua kali dalam seminggu, atau kurang dari itu.

“Kita memang harus berusaha mempromosikan asupan protein nabati, terutama kacang-kacangan,” katanya seperti dilansir dari laman Nutrition Fact.

(win/win)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER