Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang kontestan
pageant alias kontes kecantikan dituntut untuk selalu tampil cantik dan prima. Tak jarang operasi plastik jadi pilihan. Sayangnya obsesi akan kecantikan itu hampir saja merenggut nyawa
runner-up Miss Bum-bum Brazilia, Andressa Urach (27).
Urach pada tahun 2012 tercatat telah melakukan 10 kali bedah kosmetik. Ketika dia melakukan suntik steroid, hidrogel dan boat stimulan
para-Methoxymethamphetamine (PMMA), Urach mengalami shock akibat infeksi dan dirawat di rumah sakit.
Urach mengaku memang membangun karirnya sebagai model dan bintang acara
reality show mulai dari tangan para dokter di ruang operasi. “Saya sudah menjalani 10 kali pembedahan,” katanya pada
CNN. “Di hidung, tulang pipi, rahang. Saya menginjeksi bibi beberapa kali, mengubah bentuk payudara dua kali dan sedot lemah dua kali.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2012, Urach meraih tempat kedua untuk kontes unik Brazilia, Miss Bum-Bum yang menilai kecantikan wanita juga dari bentuk bokongnya. Pencapaian tempat kedua itu membuat karir Urach di dunia model semakin terbuka.
“Saya memuja tubuh saya, jadi memang sudah semestinya tampil sempurna,” katanya dalam wawancara di apartemennya di Sao Paolo yang ditinggalinya bersama putranya yang berusia 9 tahun.
Pada foto sebelum dan sesudah Urach melakukan operasi plastik memang tampak perbedaannya. Dalam foto sebelum operasi plastik, Urach kelihatan masih sangat muda. Saat itu dia mendapat julukan Beanpole.
Dalam foto setelah melakukan operasi plastik, Urach kelihatan jauh berbeda. Dengan bibir yang lebih tebal, dada yang besar, paha dan bokong yang juga besar.
“Saya dulu melakukan operasi plastik layaknya pergi ke supermarket,” katanya. “Saya bahkan bersedia untuk mencabut semua tulang saya jika itu membuat saya bisa kelihatan punya pinggang yang lebih ramping. Atau memotong semua jari kaki agar bisa mengenakan sepatu dengan ukuran kecil.”
Pada akhirnya, semua usaha Urach itu ada batasnya juga. November 2014, Urach dilarikan ke rumah sakit karena shock akibat infeksi usai menyuntikan beberapa zat kimia ke tubuhnya. Dia menghabiskan beberapa minggu di ruang rawat intensif, dan masih harus menggunakan kursi roda beberapa waktu usai rawat inap.
Semua berawal karena Urach ingin memiliki bentuk paha yang lebih berisi dan bagus. Dia setuju untuk disuntik dengan sejumlah besar steroid anabolik. Dia lalu juga menginjeksi pahanya juga dengan hidrogel dan PMMA sejenis zat kimia pada plastik. Akibat penyuntikan itu, jaringan di kakinya luka dan membusuk. Selama dua bulan setelah dirawat Ulrach masih harus melakukan pemompaan pada bekas lukanya yang berisi cairan.
“Saat dibawa ke rumah sakit, Urach ketahuan telah memasukkan hidrogel 10 kali lebih banyak dari kadar yang diizinkan,” kata ahli bedah plastik Felipe Tozaki. “Dia meninjeksikannya ke otot, lemak dan kulit sehingga sulit sekali untuk dikeluarkan.”
Setelah publisitas yang buruk itu, pemerintah Brazil akhirnya tidak memperbaharui izin peredaran dan penggunakannya di Brazil.
Urach sendiri kini jadi aktif memberi peringatan pada perempuan tentang bahaya tindakan sembarangan atas nama kecantikan itu. “Saya berharap luka-luka saya, lubang-lubang di tubuh saya menjadi contoh untuk mengingatkan perempuan tentang bahaya tindakan ini. Anda harus menghormati batasan tubuh Anda,” katanya
Akibat Body Dismorphic DisorderBrazilia berdasarkan data dari International Society of Aesthetic Plastic Surgery, melampaui Amerika Serikat pada tahun 2013 sebagai negara yang melakukan operasi plastik paling banyak yakni sejumlah 1,45 juta prosedur.
Wanita Amerika lebih banyak melakukan pemasangan implan payudara. Sementara wanita Brazilia lebih suka melakukan pembesaran bokong. Angkanya mencapai 64 ribu produsedur, ini berarti enam kali lebih banyak di banding perempuan Amerika.
Sayangnya, banyak perempuan yang suka mengambil jalan pintas dengan mencari dokter yang tidak punya kualiafikasi di bidang bedah kosmetik dan mau mengambil risiko dari prosedur itu. “Jika dokter saya tidak memasukkan 500 mililiter hidrogel ke masing-masing kaki pun, mungkin saya tetap akan mendatangi banyak dokter yang masing-masing bisa menyuntikan sedikit-sedikit ke kaki saya,” kata Urach mengakui.
Menurut Federal Council of Medicine, ada 5.500 dokter bedah plastik berlisensi di Brazilia, namun 12.00 dokter lain juga melakukan produser itu meski tak punya kualiafikasi untuk melakukan tindakan itu.
Permintaan untuk prosedur kosmetik meningkat tajam menjelang liburan musim panas dan terutama menjelang Parade Carnival. Banyak perempuan yang mendatangi dokter agar bisa tampil dengan bikini dengan seksi.
Tozaki mengatakan problemnya lebih dari sekadar prosedur medis, yakni masalah kultural. “Sekitar 10-15 persen pasien punya masalah psikiatris, terutama body dysmorphic disorder,” kata Tozaki. “Mereka selalu bercermin dan menemukan ada yang salah dengan penampilan mereka,” kata Tozaki.
Hal itu pula yang dirasakan oleh Urach. Namun setelah mimpi buruk pembedahan untuk mengangkat hidrogel dari pahanya, Urach mengatakan kapok berhadapan dengan alat medis lagi demi kecantikan. Bagaimanapun kini Urach lebih suka dengan penampilannya saya ini dibandingkan sebelumnya. “Saya suka penampilan saya kini. Sangat menyenangkan melihat kondisinya kini membaik, bukan sekadar ukurannya yang membesar.”
(utw/utw)