Jakarta, CNN Indonesia -- Dari Justin Bieber menabrakkan mobilnya, atau Kanye West mengamuk lagi di Grammy, gosip selebriti rasanya tak pernah kering untuk dikonsumsi.
Masyarakat menyukainya dan media menyajikan hal tersebut. Namun saat ini, aksioma tersebut tampaknya tak cukup. Untuk mengukur aspek perilaku manusia harus dilakukan pemindaian otak yang menunjukkan bahwa ada hal ilmiah di baliknya.
Itulah yang dilakukan oleh sekelompok peneliti Tiongkok, penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Social Neuroscience. Studi ini cukup menarik karena pola aktivitas otak tidak konsisten dengan data perilaku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Percobaannya sederhana. Para siswa, 17 di antara mereka dipasang alat pemindai otak. Mereka mendengarkan seorang perempuan membaca kalimat gosip tentang diri para siswa itu sendiri, tentang salah satu teman mereka, atau tentang selebriti (di mana satu dari dua bintang film Tiongkok tidak menarik bagi para responden).
Dilansir dari laman Wired, gosip tersebut disajikan dalam deskripsi tentang kebaikan atau keburukan yang telah dilakukan target. Misalnya, membantu seseorang menemukan anak-anak mereka yang hilang, atau mengemudi di bawah pengaruh dan menabrak mobil.
Saat aktivitas otak para siswa direkam, mereka diminta menilai seberapa bermakna bagi mereka cerita tersebut. Berdasarkan peringkat, para siswa lebih suka mendengarkan gosip positif diri mereka, daripada gosip positif tentang teman atau selebriti.
Di lain pihak, mereka lebih menikmati gosip negatif tentang teman-teman dan selebriti daripada tentang diri mereka sendiri. Sejauh ini, tidak mengherankan. Sebab kebanyakan orang lebih egosentris.
Penelitian jadi semakin menarik saat para peneliti berfokus pada kenikmatan siswa dalam menikmati gosip negatif selebriti melawan gosip negatif tentang teman-teman mereka. Berdasar peringkat mereka, para siswa sama-sama menikmati kedua jenis cerita tersebut.
Popularitas luar biasa media seperti TMZ.com dan situs-situs lain menunjukkan, ada sesuatu yang jelas menyenangkan tentang berita negatif para artis.
Di sini data pencitraan otak memberikan sebuah wawasan sebenarnya. Saat para siswa mengaku tak ada yang menghibur tentang gosip negatif selebriti, bagian otak mereka diketahui menunjukkan pengalaman menyenangkan yakni nucleus caudatus.
Bagian ini semakin aktif ketika mereka mendengar cerita artis yang melakukan hal-hal nakal.
Lainnya, gosip negatif selebriti dikaitkan pula dengan kegiatan ekstra pada daerah yang terlibat untuk pengendalian diri. Itu menunjukkan, bahwa siswa mencoba untuk menyembunyikan kesenangan bersalah mereka.
(win/mer)