Jakarta, CNN Indonesia -- Biasanya hubungan diplomasi erat dengan politik dan ekonomi. Namun, hubungan diplomatik ternyata juga mencakup seni dan budaya. Salah satu wujud dari hubungan diplomatik seni budaya yang dilakukan Indonesia adalah diplomasi batik di Venezuela.
Hal inilah yang dilakukan para perwakilan Indonesia yang bekerja di Kedutaan Besar RI di Venezuela. Mereka mempromosikan batik sebagai salah satu fesyen untuk tampil menarik.
Duta Besar RI Untuk Venezuela Prianti Gagarin Djatmiko Singgih memilih batik sebagai alat diplomasi. Meski tetap melakukan diplomasi dalam bentuk lainnya, namun diplomasi ini cukup memberikan dampak yang signifikan untuk negara. "Seni batik merupakan salah satu alat yang sangat jitu untuk bisa masuk ke masyarakat Venezuela," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Suasana diskusi Diplomasi Batik di IFW 2015. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni) |
Apalagi, bahan batik yang kebanyakan terbuat dari katun pun sangat cocok dipakai di Venezuela yang memiliki iklim subtropik. Belum lagi, warna-warni batik yang ternyata mengundang perhatian masyarakat di sana.
"Kami pikir akan sangat menarik jika batik dikenalkan sebagai fesyen, bukan hanya seni warisan luhur budaya bangsa," ujarnya.
Prianti yang juga mengajar di salah satu institut fesyen di sana bercerita, awalnya ia ingin mengenalkan tenun di Venezuela, namun mereka tidak tertarik.
"Saya menawarkan mengajar tenun tetapi mereka tidak tertarik karena mereka sudah tahu tekniknya," tukas Prianti.
Ya, tidak hanya di Indonesia, ternyata Suku Indian di Venezuela pun masih menenun. "Kain tenun Indian di Venezuela memiliki warna yang menyolok, seperti merah kuning, biru dan menggunakan berbagai macam benang, tapi tidak sutra," papar Prianti. Mereka pun sering mengaplikasikannya pada baju, sepatu, dan aksesoris.
Akhirnya, Prianti dan rekan-rekannya pun memperkenalkan batik sebagai fesyen, bukan sebagai kain tradisional yang memiliki seni yang tinggi. "Kami memilih fesyen untuk menunjukkan budaya luhur dan sekaligus bisa menjadi alat dalam ekonomi kreatif," ungkapnya.
Bahkan, menurutnya, dengan fesyen, batik bisa merambah lebih jauh lagi. "Desainer Venezuela pun sudah merancang dengan batik. Sehingga batik sangat populer di sana."
Untuk membuat batik terus menguat di Venezuela dan bisa mendorong perkembangan ekonomi kreatif Indonesia, Prianti dan rekan-rekannya pun melakukan beberapa strategi jitu.
"Kami melihat di seluruh dunia promosi wastra biasanya dilakukan dengan
fashion show, pameran batik, dan ekspedisi dagang. Itu bagus dampaknya tapi kurang masuk dalam penduduk setempat," pungkasnya.
Akhirnya, mereka pun mempromosikan batik lewat pengajaran di dalam institut fesyen di Venezuela. "Saya melihat indonesia malah belum ada kurikulum mengenai batik, bukan saja dari segi desain dan fesyen tapi sejarahnya juga
Prianti dan rekan-rekannya juga melakukan strategi lainnya, dengan menggelar kompetisi desain yang menggunakan batik. Kompetisi ini sudah diadakan sejak tahun 2013 lalu dan diikuti sekitar 35 desainer muda setiap tahunnya.
Pemenangnya akan diberikan hadiah berupa beasiswa mendesain batik di Yogyakarta dan memuat gambar baju hasil pemenang ke dalam perangko nasional Indonesia. "Pemenang desainnya kita jadikan perangko nasional Indonesia. Mereka bangga sekali," ujar Prianti.
Stratgegi berikutnya adalah melibatkan desainer Venezuela dengan mendesain menggunakan batik, mendatangkan desainer batik, seperti Novita Yunus untuk
fashion show, dan membuat Klub Canting, sebagai wadah siapa saja yang mencintai batik dan ingin belajar membuat batik.
Para perwakilan Indonesia di Venezuela itu pun percaya bahwa batik bisa menjadi faktor penentu dalam pengembangan ekonomi kreatif. "Batik tidak saja warisan leluhur budaya bangsa, tapi bisa berkontribusi pada ekonomi kreatif. Batik yang dulu kita pikir material yang berat dan tradisional, sekarang bisa menjadi aspek penting dalam dunia fesyen," ucap Prianti.
Ia juga berharap, masyarakat Indonesia tidak mengambil referensi budaya barat untuk fesyen. "Gunakanlah wastra Nusantara, gunakanlah batik dan tenun. Berkiblatlah pada budaya kita sendiri dan jadikanlah fesyen yang modern yang berkontribusi pada Indonesia," tuturnya.
(vga)