Jakarta, CNN Indonesia -- Waktu bisa jadi terasa begitu cepat berlalu kala Anda sedang bersenang-senang. Akan tetapi, ia akan terasa amat lambat saat Anda sedang terserang depresi.
Ulasan penelitian yang dipublikasikan di
Journal of Affective Disorders pada Januari lalu menyatakan orang yang mengalami depresi ternyata menganggap waktu berjalan lebih lambat dibandingkan dengan orang yang tidak depresi.
Untuk menginvestigasi hubungan antara depresi dan persepsi waktu, para peneliti dari Jerman menganalisis data dari 16 penelitian terdahulu, lebih dari 800 orang depresi dan orang normal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar studi mengukur persepsi waktu dengan meminta partisipan penelitian menaksir durasi waktu yang dihabiskan mereka selama menjalani beragam aktivitas, seperti menonton film pendek atau menekan tombol.
Hasil analisis menemukan bahwa orang yang depresi melaporkan pengalaman waktu subjektif yang lebih lambat. Mereka kerap merasa seolah-olah waktu merayap secara perlahan-lahan.
Hal tersebut merupakan fenomena yang telah cukup banyak dieksplorasi secara mendalam di riset-riset lainnya. Walau demikian, mekanisme depresi dalam memperlambat persepsi waktu belum dapat dipahami secara utuh.
Sebuah studi menyatakan bahwa persepsi waktu yang lebih lambat tersebut mungkin disebabkan oleh fisiologi depresi. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal
Behavioral Processes pada 2009 itu menunjukkan bahwa depresi dapat menyebabkan jam internal seseorang melambat. Itu disebabkan oleh pelambatan umum pada perilaku motorik.
"Perasaan bahwa waktu berjalan lambat dapat didasarkan pada kesadaran akan pelambatan jam internal dan/atau kesadaran akan perubahan dalam ritme fungsi-fungsi eksekutif dibandingkan dengan waktu di dunia luar," tulis hasil penelitian tersebut sebagaimana dikutip dari
Huffington Post.Alasan lain yang menyebabkan perbedaan persepsi waktu mungkin dikarenakan cara pengaturan perhatian antara pasien depresi dengan orang yang tidak depresi memiliki perbedaan.
Orang dengan depresi, yaitu gangguan yang dicirikan dengan adanya pemikiran obsesif yang negatif, perlu berjuang keras dalam memberikan perhatian penuh mereka pada apa yang terjadi saat ini. Hal tersebut membuat sulit bagi pasien depresi untuk membaur dalam sebuah aktivitas atau memasuki kondisi sadar yang membuat waktu terasa berjalan dengan cepat.
Menurut Dr. Steven Meyers, psikolog klinis dan profesor psikologi di Universitas Roosevelt Chicago, terapi-terapi mindfulness-based yang membantu pasien untuk berfokus dan menyadari momen yang terjadi saat ini mungkin cukup efektif untuk melawan persepsi waktu yang depresif.
"Perhatian seringkali terpengaruh pada orang yang mengalami stres atau depresi. Pikiran mereka melayang-layang karena mereka merenungkan masalah mereka, yang nantinya dapat memperburuk situasi mereka," kata Meyers.
"Meski demikian, penelitian (tentang persepsi waktu) juga menyorot keuntungan lain dari kondisi banyak pikiran (mindfulness): itu menjadikan kita lebih mengapresiasi kejadian dan orang-orang di sekitar kita daripada merasa seperti kita hidup sehari-hari dalam sebuah kekaburan," katanya menambahkan.
(mer/mer)