Jakarta, CNN Indonesia -- Di musim pancaroba seperti sekarang ini, flu dan batuk seakan merebak di mana-mana. Cuaca yang panas dan tiba-tiba turun hujan, menggoyahkan daya tahan tubuh sehingga virus mudah masuk.
Meski bukan jenis penyakit berat, namun flu dan batuk sangat mengganggu produktivitas, baik bagi pekerja maupun para pelajar. Sakit kepala, bersin-bersin, dan pilek yang menyertai pun bisa membuat tidak nyaman.
Untuk mengatasi hal ini, orang sering mempercayakannya pada obat-obatan. Beragam obat flu dan batuk yang beredar dipercaya dapat menyembuhkan flu dan batuk. Padahal faktanya berbeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Flu dan pilek itu obatnya (untuk menyembuhkan) enggak ada. Obat itu fungsinya mengurangi gejalanya saja," kata Medical Manager Bayer Consumer Care, Tina Suksmasari di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.
Sebenarnya, menurut Tina, obat terbaik saat flu dan batuk menyerang adalah istirahat yang cukup. "Terkena flu, pilek, yang paling penting itu istirahat," ujarnya. Itulah mengapa banyak obat yang efek sampingnya menyebabkan kantuk karena si penderita penyakit memang 'dipaksa' untuk istirahat.
Bahkan obat antibiotik pun sebenarnya tak perlu. Menurutnya, flu tak harus dilawan dengan antibiotik. "Antibiotik enggak perlu. Flu dan batuk itu
defense mechanism untuk mengeluarkan penyakit itu," kata Tina.
Tapi, jika sudah terbiasa mengonsumsi obat, hal itu tak jadi masalah. Apalagi jika obat yang dikonsumsi sesuai dosisnya dan benar cara penggunaannya. "Tapi setelah tiga hari tidak ada perubahan itu sudah waktunya ke dokter," kata Tina.
Dokter spesialis okupasi, Nusye E. Zamsiar mengatakan konsumsi obat yang beredar di pasaran sah saja asal belum terjadi radang. "Kalau gejala penyakit masih ringan, belum radang, kalau menelan sakit, itu bisa mengonsumsi obat-obatan," kata Nusye.
Lebih jauh lagi Tina menjelaskan, bahkan ada beberapa orang yang mengonsumsi obat-obatan sekaligus herbal, misalnya jamu. Hal ini yang menurut Tina tidak sesuai prosedur.
"Harus salah satu. Biasanya yang terjadi terjadi obatnya tidak maksimum, herbalnya tidak maksimum," kata Tina.
(win/utw)