Alasan Ilmiah Mengapa Patah Hati Menghancurkan Zayn '1D'

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Jumat, 27 Mar 2015 14:37 WIB
Patah hati memang bisa membuat orang jadi gila dan menghancurkan seseorang. Secara ilmiah dan psikologis, hal ini lumrah terjadi.
ilustrasi patah hati (Thinkstock/Jupiterimages)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sakitnya patah hati biasa dianalogikan lebih sakit daripada teriris pisau. Tak heran, saat putus dari pasangan, orang bisa nekat melakukan apa pun, termasuk berpikir pendek dan bunuh diri.

Salah satu contohnya adalah mantan personel One Direction, Zayn Malik. Mundurnya Zayn dari boyband yang sudah membesarkan namanya ini diduga karena stres dituding selingkuh. Isu perselingkuhan ini diberitakan membuat sang kekasih jadi marah dan putus. Walaupun ada juga yang mengatakan bahwa pasangan kekasih ini kini sudah kembali bersama.

Mungkin Anda menganggap kejadian ini sedikit berlebihan. Namun, secara ilmiah dan psikologis, hal ini lumrah terjadi. Patah hati memang bisa membuat orang jadi gila dan menghancurkan seseorang. Berikut alasan ilmiahnya, dikutip dari Huffington Post.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Penolakan memiliki makna menghancurkan secara fisik

Rejection atau penolakan, berasal dari bahasa Latin yang berarti dilemparkan kembali. Ketika Anda ditolak atau diputuskan, Anda akan merasa didepresi dan pola pikir Anda pun berubah jadi negatif.

Ketika Anda ditolak atau diputus pacar, maka diri Anda akan menerima pesan bahwa Anda sudah dicampakkan. Di otak akan selalu mendengar suara-suara negatif. Anda melihat diri sendiri sebagai seseorang yang pasif dan negatif dan menjadi korban dari suatu tindakan.

Penelitian membuktikan bahwa penolakan ini tak hanya membuat Anda berpikir pasif tapi juga berpikir pasif negatif. Ilmuwan dari University of Amsterdam menemukan bahwa penolakan sosial yang tak terduga ini berkaitan dengan respon yang signifikan dari sistem saraf parasimpatif.

Ketika tubuh dihadapkan dengan penolakan yang tak terduga, perasaan akan 'punya pikiran' kalau Anda tak disukai. Denyut jantung melambat drastis yang menyebabkan perasaan terasa pilu.

2. Ketakutan akan penolakan

Sebagai manusia, semua orang memang sangat sensitif terhadap penolakan, terutama penolakan sosial. Bicara dari perspektif antropologi, di zaman dahulu, jika Anda hidup sendiri dan ditolak dari kelompok, ini sama saja artinya dengan tak bisa bertahan hidup. Ditolak orang lain berarti kematian semakin dekat. Namun evolusi berbicara, manusia ini mengartikan hubungan sosial untuk membentuk hubungan pribadi dan ingin memiliki orang lain. Akan tetapi rasa kehilangan dan penolakan tidak berevolusi, sehingga kehilangan akan tetap menyakitkan.

3. Putus cinta punya dampak seperti kecanduan kokain

Lima ahli saraf setuju bahwa penolakan itu menyebalkan. Dan dari semua jenis penolakan, yang paling buruk dan menyakitkan adalah penolakan cinta. Dan nyatanya, menurut penelitian, dampaknya bahkan bisa sepeerti orang yang kecanduan kokain.

Menurut temuan ilmiah dari Stony Brook University, otak yang aktif selama sakit hati dan menderita karena perpisahan adalah otak yang sama dengan otak yang berhubungan dengan motivasi dan kecanduan. Pencitraan otak menunjukkan adanya kesamaan antara penolakan romantis dan keinginan mengonsumsi narkoba.

Rasa sakit akibat penolakan sangat sakit karena Anda 'kecanduan' dengan cinta.

4. Manusia tak bisa berdamai dengan kehilangan

Secara umum, manusia tidak memiliki 'manajemen diri' yang baik ketika berurusan dengan kehilangan. Rasa sakit akibat kehilangan adalah sebuah rasa yang sangat kuat dibanding rasa sukacita saat mendapatkan sesuatu. Psikolog Daniel Kahneman mengungkapkan karena rasa kehilangan lebih terasa dibanding keuntungan maka manusia cenderung menolak rasa sakit. Fakta psikologisnya, otak akan melihat kondisi penolakan ini lebih penting dan menyakitkan dibanding keuntungan.

(chs/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER