Kata Dokter Soal Penyebab Selamatnya Penyusup di Roda Pesawat

Merry Wahyuningsih | CNN Indonesia
Rabu, 08 Apr 2015 13:30 WIB
Secara normal tidak akan ada manusia yang bisa bertahan hidup terbang hingga berpuluh ribu kaki di atas permukaan laut tanpa menggunakan alat pengaman.
Penyusup di roda pesawat Garuda rute Pekanbaru-Jakarta, Mario Steven Ambarita dalam perawatan petugas bandara karena pingsan setelah beberapa jam di dalam ruang roda pesawat. (Dok. Polres Bandara Soeta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Selamatnya Mario Stevan Ambarita setelah menyusup masuk ke dalam ruang roda pesawat yang terbang dari Pekanbaru-Jakarta adalah sebuah keberuntungan. Pasalnya, secara normal tidak akan ada manusia yang bisa bertahan hidup terbang hingga berpuluh ribu kaki di atas permukaan laut tanpa menggunakan alat pengaman. Lantas mengapa Mario bisa selamat?

Dijelaskan spesialis kedokteran penerbangan dari Lakespra TNI AU Dr Saryanto, Jakarta, Kolonel Kes Dr dr Wawan Mulyawan, SpBS (K), SpKp, ada tiga hal yang membuat manusia tidak bisa selamat terbang tanpa menggunakan alat pengaman, yaitu penurunan suhu, tekanan udara yang sangat rendah, dan menipisnya oksigen.

“Ada beberapa dugaan dan analisis mengapa orang itu bisa survive,” kata Wawan saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (8/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dugaan pertama soal penurunan suhu. Saat berada di ketinggian 30 ribu kaki, suhu udara di luar pesawat bisa mencapai -40 hingga -60 derajat Celsius. Normalnya, tubuh manusia akan langsung membeku berada di suhu tersebut. Namun, Mario masih tertolong karena adanya suhu panas yang dipancarkan oleh roda pesawat.

“Ketika take off, roda pesawat menggelinding di runway dan menimbulkan panas. Suhu roda itu akan sangat panas, sehingga suhu di ruang roda pesawat yang sangat dingin akan sedikit menghangat,” kata Wawan memberikan analisis.

Untuk masalah perbedaan tekanan udara dan oksigen, menurut Wawan si penyusup tertolong karena langsung dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di ruang hiperbarik, yaitu ruang bertekanan untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik adalah sekitar dua setengah kali lebih besar dari tekanan normal di atmosfer. Hal ini membantu darah membawa oksigen lebih banyak ke organ dan jaringan tubuh.

“Untuk masalah kurangnya oksigen, memang ada orang-orang yang bisa bertahan dalam kondisi hipoksia (tubuh kekurangan oksigen), seperti penyelam yang bertahun-tahun menyelam tanpa alat bantu. Tubuhnya sudah terlatih dengan kondisi kurangnya oksigen,” kata Wawan menjelaskan.

Namun meski ditemukan selamat, Wawan mengatakan kondisi Mario masih perlu dievaluasi lebih lanjut untuk melihat apakah ada masalah kesehatan lanjutan yang terjadi di dalam tubuhnya.

“Perlu evaluasi untuk melihat kemungkinan masalah lanjutan. Itu hanya nasib baik, jarang ada yang selamat dengan kondisi demikian,” kata Wawan.

(mer/mer)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER