Jakarta, CNN Indonesia -- Semakin banyak peneliti mengakui hubungan antara kesehatan seksual dan penyakit kronis jangka panjang, contohnya diabetes, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.
Semakin canggihnya penyakit ini menyerang manusia, maka semakin berisiko seorang lelaki mengalami disfungsi ereksi. Artinya, lelaki tidak dapat mempertahankan ereksi selama yang diinginkannya. Bahkan, tidak mampu mendapatkan ereksi sama sekali.
Lelaki cenderung kurang proaktif terhadap kesehatan mereka, atau untuk menemui dokter saat mereka punya masalah-masalah kronis kesehatan. Ini adalah alasan mengapa lelaki cenderung meninggal dunia lima tahun lebih awal dari perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juga lebih mungkin meninggal akibat penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung. Namun, ada satu hal yang biasanya membawa lelaki ke dokter, kata Kevin Billups, yaitu disfungsi ereksi.
Billups, direktur Program Kesehatan Integratif Laki-laki di Institut Urologi Brady di John Hopkins, memanfaatkan pertemuan dokter soal disfungsi ereksi sebagai cara membuka pikiran pasien tentang masalah kesehatan di luar urusan penis.
Dia akan memeriksa kadar gula, tekanan darah, kadar kolesterol, juga masalah apnea tidur, selain mengevaluasi pasien untuk masalah disfungsi ereksi yang mereka khawatirkan.
Dilansir dari laman Huffington Post, Billups mengatakan, disfungsi ereksi adalah kesempatan baginya untuk campur tangan dan mengobati berbagai macam kondisi lain. Sering dia menemukan pasiennya dengan pra-diabetes, sebelum jadi diabetes parah, atau sebelum stroke atau serangan jantung terjadi.
“Saya menggunakan disfungsi seksual sebagai indikator klinis awal peningkatan risiko penyakit kronis,” kata Billups. “Disfungsi ereksi adalah barometer kesehatan yang tidak hanya oleh laki-laki tetapi pasangan mereka juga bisa melihatnya.”
Dan, sekali pasien dapat memahami hubungan antara disfungsi seksual dan kesehatans secara menyeluruh, mereka akan termotivasi merubah gaya hidup yang menguntungkan seluruh tubuh mereka juga, kata Billup.
Perubahan disfungsi ereksiSeperti penyakit kronis lain, risiko disfungsi ereksi umumnya meningkat saat lelaki bertambah tua. Saat usia 40 tahun, sekitar 40 persen lelaki mengalami masalah disfungsi ereksi pada tingkat tertentu. Jumlahnya meningkat jadi 70 persen pada usia 70 tahun.
Disfungsi ereksi dilaporkan memengaruhi sekitar 322 juta orang di seluruh dunia pada 2025 mendatang, angka tersebut naik dari 152 juta orang pada 1995, berdasarkan Badan Kesehatan Nasional Amerika Serikat. Sebagian karena mereka menua dengan cepat.
Meskipun umum terjadi, disfungsi ereksi merupakan bagian alami dari penuaan. Sebaliknya, disfungsi ereksi dapat merupakan tanda dari penyakit lain. Kelebihan berat badan, obesitas, dan diabetes mulai menjangkiti lelaki muda, generasi yang tidak sehat, kata para peneliti.
Misalnya, lelaki yang mengidap diabetes tipe 2 berisiko mengembangkan disfungsi ereksi lima belas tahun lebih awal dari lelaki tanpa diabetes.
(win/win)