Jakarta, CNN Indonesia -- HIV, tiga huruf yang sederhana tapi mengandung persoalan besar.
Sebuah majalah pria di Jerman menggunakan tinta yang dicampur dengan darah HIV positif untuk mencetak tiga ribu eksemplar majalah edisi terbarunya.
Edisi musim semi majalah Vangardist itu menggunakan darah yang disumbangkan oleh tiga orang yang terinfeksi virus HIV positif. Ini adalah upaya untuk memulai percakapan tentang HIV, menurut Saatchi Swiss, Humas perusahaan yang memimpin kampanye tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap salinan majalah dibungkus di dalam plastik. Pesan sarat makna tertulis di sana, “Robek segelnya, dan bantu robek stigma.”
“Dengan proyek yang unik ini, kami ingin membuat respons dalam sekejap dengan mengubah media kepada akar dari stigma itu sendiri - dengan mencetak setiap kata, baris, gambar, dan halaman majalah dengan darah orang yang mengidap HIV positif,” kata Jason Romeyko, direktur eksekutif humas perusahaan.
“Memegang majalah tersebut, pembaca dengan segera memecahkan ketabuaan (HIV).”
Rilis majalah tersebut muncul beberapa minggu sebelum Wina menjadi tuan rumah acara tahunan Life Ball, salah satu acara amal AIDS terbesar di dunia. Majalah ini seratus persen tidak membawa risiko infeksi ketika disentuh atau dibaca, berdasarkan pedoman produksi yang ditetapkan oleh Universitas Harvard dan Innsbruck, kata perusahaan majalah tersebut.
“Sebanyak 80 persen lebih kasus HIV yang dikonfirmasi tercatat pada 2013, dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya. Diperkirakan 50 persen kasus HIV yang terdeteksi terlambat karena kurangnya pengujian disebabkan oleh stigma sosial virus tersebut,” ucap Julian Wiehl, CEO majalah.
Menurutnya, HIV adalah masalah yang sangat relevan untuk menjadi fokus, tidak hanya dari sudut editorial, tetapi juga dari sudut pandang komunikasi yang lebih luas.
(win/mer)