Sifat 'Drama Queen' Dipengaruhi Gen Orang Tua

Windratie | CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2015 09:52 WIB
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana gen memengaruhi cara seseorang melihat dengan jelas dunia di sekitarnya.
Gen kita dapat mengontrol bagaimana perubahan emosi kita. (Thinkstock/Chepko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Apakah Anda selalu berurai air mata waktu menonton film komedi romantis, atau barangkali punya kecenderungan menjadi  ratu drama? Orang tua Anda barangkali berperan atas sifat tersebut. Sebuah penelitian menemukan bahwa gen kita dapat mengontrol bagaimana perubahan emosi.

Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam Journal of Neuroscience menemukan bahwa pembawa variasi genetik tertentu, merasakan gambaran positif dan negatif yang lebih jelas, mengalami peningkatan aktivitas di daerah otak tertentu, seperti dilansir dari laman resminya.

“Orang-orang ini benar-benar melihat dunia secara berbeda,” kat Rebecca Todd, profesor di Departemen Psikologi UBC. “Orang-orang dengan variasi gen ini, hal-hal emosional lebih menonjol buat mereka.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gen yang dimaksud adalah ADRA2b, yang memengaruhi neurotransmitter noropinefrin. Penelitian sebelumnya oleh Todd menemukan, pembawa varian gen ini menunjukkan perhatian lebih besar untuk kata-kata negatif.

Penelitian ini merupakan yang pertama menggunakan pencitraan otak untuk mengetahui bagaimana gen memengaruhi cara seseorang melihat dengan jelas dunia di sekitarnya, dan hasilnya mengejutkan, kata Todd.

“Kami pikir, dari penelitian kami sebelumnya, bahwa gen dengan penghapusan varian mungkin akan menunjukkan kejelasan emosional. Mereka melakukan lebih dari yang telah kami prediksi,” kata Todd, yang memindai otak dari 39 peserta, 21 di antaranya adalah pembawa variasi genetik.

Pembawa variasi gen tersebut menunjukkan lebih banyak aktivitas secara signifikan di daerah otak yang mengatur emosi dan mengevaluasi kesenangan dan ancaman. Todd percaya, ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang lebih rentan terhadap Post Ttraumatic Stress Disorder dan kenangan yang mengganggu setelah trauma.

Emosi tidak hanya tentang bagaimana perasaan terhadap dunia. Namun, bagaimana otak kita memengaruhi persepsi tentang hal tersebut, kata Adam Anderson, profesor perkembangan manusia di Universitas Cornell, penulis penelitian.

(win/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER