Luangkan 15 Menit untuk Ngobrol Agar Keluarga Lebih Bahagia

Rahmi Suci Ramadhani | CNN Indonesia
Selasa, 10 Mar 2015 16:21 WIB
Dari bertukar cerita kehangatan keluarga akan tercipta. Keterbukaan anggota keluarga untuk saling bercerita menunjukkan terjalinnya komunikasi berkualitas.
Ilustrasi (Thinkstock/Fuse)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berawal dari bertukar cerita, kehangatan keluarga akan tercipta. Keterbukaan anggota keluarga untuk saling bercerita menunjukkan terjalinnya komunikasi berkualitas. Itu, tak diragukan, merupakan faktor penting untuk membangun keluarga bahagia.

"Minimal 15 menit sehari diluangkan waktu untuk berkumpul, tentunya akan membuka banyak cerita baru dan akhirnya itu yang buat komunikasi berkualitas. Dan pasti keluarga jadi lebih bahagia," kata Anna Surti Ariani, psikolog anak dan keluarga ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (10/3).

Walaupun demikian, tidak mudah menciptakan momen keluarga yang berkualitas untuk saling berbagi kisah. Salah satu gangguan yang kerap terjadi muncul dari penggunaan gadget. Saat ini, memang banyak orang yang sulit lepas dari gadget.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, psikolog yang akrab disapa Nina tersebut menyampaikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget merusak kualitas obrolan karena banyaknya interupsi.

"Selain itu, kalau anak atau anggota keluarga introvert juga tidak bisa begitu saja bercerita. Tipe orang introvert akan cenderung lebih sulit membuka diri," kata Nina.

Nina memaparkan beberapa trik untuk menstimulasi anak atau anggota keluarga agar terbuka menceritakan segala hal. Menurutnya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membiasakan seluruh anggota keluarga agar meluangkan waktu untuk bercerita setiap hari.

Lalu, penting untuk menerapkan teknik mendengarkan aktif atau active listening. Nina menjelaskan, "Active listening itu tidak hanya menyimak pembicaraan tetapi juga menunjukkan posisi tubuh mengarah pada orang yang ingin didengarkan."

Nina menyarankan untuk menunjukkan gerak tubuh yang bersahabat saat mendengarkan cerita. Gerak tubuh seperti melihat jam misalnya akan cenderung mematikan pembicaraan.

Ia melanjutkan, "Kontak mata juga penting sekali karena menunjukkan kita serius mendengarkan. Mindset juga harus terbuka karena jika mindset sudah tertutup kita enggak akan bisa mendengarkan apa yang dia ceritakan."

Setelah mendengarkan secara aktif, tanggapan yang diberikan pun harus relevan. "Misalnya anak cerita 'Ma, tadi aku main ini di sekolah' lalu ibunya menjawab 'Oh, nilai ulangan kamu jelek lagi?'. Apa relevansinya, kan?" tandas Nina.

Ia menambahkan, setiap anggota keluarga juga perlu menjaga kepercayaan apabila ada hal-hal yang oleh si pencerita hanya ingin diketahui orang-orang tertentu.

"Itu harus menjaga karena akan betul-betul lebih dipercaya dan mau bercerita lagi nanti. Bagi orang introvert kita butuh lebih meyakinkan, jadi akan butuh waktu yang lebih panjang," kata Nina.



(mer/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER