Foto 'Brelfies' Dianggap Aniaya Ibu yang Tidak Menyusui Alami

Windratie | CNN Indonesia
Kamis, 28 Mei 2015 11:40 WIB
Brelfie atau breastfeeding selfie dianggap sebagai upaya mendobrak hambatan untuk menyusui, tapi ini memicu reaksi para ibu lainnya.
Ilustrasi ibu menyusui yang melakukan foto selfie, atau dikenal juga sebagai brelfie. (Maha Al Musa (www.facebook.com/maha.a.musa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelahiran alami atau caesar?  Menggendong bayi dengan selempang tradisional atau menggunakan kereta dorong? Bagi seorang ibu baru, pilihan tersebut jadi stigma sosial tak berujung. Namun, argumen yang kerap muncul adalah tentang apakah ibu harus menyusui atau tidak?

Ini terjadi tidak hanya di negara-negara timur, tapi juga di negara-negara barat.

Dilansir dari laman Independent, ada tren foto selfie baru, khusus untuk ibu-ibu menyusui, disebut 'brelfie' atau breastfeeding selfie. Foto ini memberikan suasana kompetitif karena para ibu yang menyusui bayinya dengan botol merasa dihakimi, di setiap kesempatan mereka melihat 'brelfie'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Brelfie dianggap sebagai upaya mendobrak hambatan untuk menyusui. Ini memicu reaksi yang tidak diinginkan dari para ibu, yang tidak dapat memilih untuk memberikan air susu ibu kepada bayinya, sebagian besar karena alasan medis.

Brelfie sebelumnya meluas di kalangan selebriti, seperti bintang rock Gwen Stefani yang mengunggah foto dirinya saat sedang menyusui.

Siobhan Freegard, pendiri Netmums, berkata, tren brelfie memberikan tekanan yang kuat terhadap para ibu agar mereka menyusui bayi mereka secara alami.

Dia mengistilahkan tekanan tersebut dengan 'bressure'. Penelitian yang dilakukan oleh laman Channel Mum menemukan, tujuh dari sepuluh ibu yang menyusui bayinya dengan botol mengatakan bahwa mereka telah dinilai negatif.

Sementara, empat dari sepuluh merasa mereka telah gagal sebagai seorang ibu, dan gagal dalam merawat bayi mereka.

Lembaga kesehatan National Health Service di Amerika Serikat merekomendasikan agar para ibu menyusui bayi mereka secara  eksklusif selama enam bulan pertama, jika mungkin, dan setelah itu menggabungkan ASI dengan makanan pendamping lain.

Namun, jajak pendapat yang dilakukan terhadap lebih dari 2000 ibu menemukan, 55 persen peserta berpikir kampanye untuk mempromosikan pemberian ASI sudah terlalu jauh, dan terlalu banyak tekanan terhadap para ibu baru.

(win/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER