Jakarta, CNN Indonesia -- Beragam olahraga di masa kini memang tengah jadi fenomena di kalangan masyarakat urban. Sebut saja, fitnes di gym, lari marathon, yoga sampai acroyoga memang tengah digilai masyarakat.
Mereka sadar, beda olahraga yang dilakukan, hasilnya pun akan sangat berbeda. Prianka Bukit, salah satu pendiri gym 20 Fit, mengatakan masyarakat zaman sekarang sudah paham tentang tujuan mereka berolahraga. Lucunya, beda jenis kelamin, beda pula tujuannya berolahraga.
"Kalau laki-laki itu pasti lebih sering pembentukan otot tubuh bagian atas seperti chest bidang, bisep, trisep," ucap Prianka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan bagi perempuan, olahraga adalah langkah untuk menurunkan berat badan. Namun, langkah ini tampaknya masih cara alternatif dibanding melakukan diet ketat.
Tak heran, ketika memilih olahraga, pertanyaan utama yang diajukan adalah berapa kilogram berat badan yang bisa hilang. "Hal pertama yang ditanya pasti berapa banyak berat badan akan turun," ucapnya.
Sebenarnya ini adalah pandangan yang salah ketika memilih olahraga. Olahraga memang bisa membantu menurunkan berat badan, tapi sejujurnya, itu hanyalah bonus semata. Dikatakan Prianka berat badan tidak bisa dijadikan indikator utama kesehatan atau kegemukan.
Dan perlu diketahui, berat badan dihitung dengan dua komponen, yaitu massa lemak dan massa otot. Dan dalam tubuh semua orang, memiliki dua komponen ini. Sayang, tak semua orang paham akan hal ini. Kebanyakan orang hanya tahu, tubuhnya gemuk ketika angka di timbangan tubuh menunjukkan angka tertentu.
Padahal angka di timbangan ini adalah jumlah total dari massa lemak dan massa otot secara keseluruhan. Seharusnya massa tubuh ini diukur terpisah, dari massa otot dan massa lemak. Pengukuran keduanya pun butuh cara ukur yang berbeda.
Namun apakah olahraga akan menjamin berat badan turun? Yang terjadi, seringkali setelah olahraga banyak orang yang angka timbangannya justru naik. Prianka pun tak menampik hal itu terjadi.
"Setelah berolahraga jangan panik kalau berat badan enggak turun atau bahkan bertambah. Itu harus dibedakan lebih banyak massa otot atau lemak," papar Prianka.
Ketika olahraga untuk pembesaran otot, secara tak langsung massa otot akan bertambah berat. Dan secara otomatis, total keseluruhan tubuh akan bertambah pula.
Jika berat badan tubuh bertambah karena massa otot yang bertambah, itu tak jadi soal. Yang jadi soal kalau justru massa lemak Anda yang melonjak.
Prianka menuturkan bahwa massa otot harus lebih besar dari massa lemak. "Ini yang berpengaruh ke penampilan. Bayangkan kalau lemak itu dua kepalan tangan, otot itu satu kepalan tangan. Maka, jangan heran kalau orang berat badannya sama, tapi kelihatan gemuknya bisa beda," kata Prianka.
(chs/chs)