Jakarta, CNN Indonesia -- Peter Buckle, dari Keniworth Warwickshire, Inggris, berprofesi sebagai pengumpul dana amal. Istri Peter Wendy, meninggal dunia pada Januari 2011, di usia 54 tahun. Perempuan itu didiagnosis menderita tumor otak.
Peter berkata, penyakit istrinya datang dengan tiba-tiba. Wendy mengalami kejang, yang ternyata menjadi tumor otak glioblastoma agresif. Kendati segala upaya sudah dilakukan, operasi, radioterapi, dan kemoterapi, dia meninggal kurang dari enam bulan kemudian.
Tidak ada keterlambatan diagnosis, tapi pilihan pengobatan sangat terbatas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu hal terburuk adalah, harapan palsu yang diberikan ahli neuroonkologi, tentang berapa lama Wendy bisa bertahan hidup. Secara statistik, orang dengan tumor yang sama meninggal dalam waktu satu tahun. Namun, menurut Peter, itu tidak dijelaskan kepada dia dan istrinya.
“Hanya satu bulan sebelum Wendy meninggal, seorang ahli bedah saraf hanya menyarankan kami agar melakukan perawatan rumah sakit di tempat kami berada,” kata Peter seperti dilansir laman Independent.
Perawat di rumah sakit setempat, telah mengecewakan mereka, karena tidak memberikan obat yang tepat atau menepati janji praktik. Satu minggu sebelum meninggal, anak Wendy harus pergi ke apotek setempat untuk mencari morfin.
Wendy mengalami koma pada pukul lima sore, Jumat malam. “Kami menghubungi dokter di luar jam praktik, tapi yang kami tahu ada ambulans yang membawa Wendy ke gawat darurat, itu hal terakhir yang kami inginkan.”
Hak pasien yang sakit kerasPasien yang dalam kondisi sangat parah, atau menjelang kematian, harus diberikan hak untuk menghabiskan hari-hari terakhir mereka di rumah, kata mantan menteri kesehatan di Inggris, setelah menerima laporan mengerikan atas perawatan buruk di akhir hidup pasien.
Badan kesehatan pemerintah melakukan investigasi dalam empat tahun terakhir terkait laporan kasus-kasus pelayanan kesehatan buruk terhadap pasien yang sakit keras.
Hal tersebut menyebabkan, panggilan bagi pemerintah Inggris, untuk memperkenalkan perawatan sosial gratis di rumah di akhir hidup pasien. Ini untuk menghindarkan pasien yang sakit keras melewati hari-hari terakhir hidup mereka di rumah sakit, yang seringkali tanpa dukungan perawatan paliatif spesialis.
Keluarga yang mencari perawatan gratis bagi keluarga mereka yang sekarat sering menghadapi proses kompleks. Berdasarkan survei terbaru dalam menyikap kondisi sekarat, dua per tiga responden mengatakan, mereka lebih memilih mengakhiri hidup mereka di rumah.
Namun, Inggris memiliki tingkat kematian orang tua di rumah sakit yang lebih tinggi di Eropa.
Laporan ombudsman, mengacu pada data badan kesehatan NHS di Inggris, seorang lelaki 29 tahun yang sekarat karena kanker dibiarkan tanpa obat penghilang nyeri selama sebelas jam setelah dirawat di rumah sakit.
Badan tersebut juga mendokumentasikan, lelaki 74 tahun menghabiskan jam-jam terakhir hidupnya dalam rasa sakit, karena dokter tidak mengindahkan saran agar pasien mendapatkan perawatan dari perawat paliatif.
Dalam kasus lain, seorang saudara laki-laki dari pasien kanker berusia 55 tahun tidak mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada sang adik karena staf rumah sakit sengaja memberikan dosis obat penenang, bukan obat nyeri.
Menanggapi laporan ombudsman, spesialis perawat kanker Macmillan mendesak pemerintah agar memberikan pertimbangan hati-hati untuk mereformasi perawatan sosial di Inggris agar semua pasien sakit keras dijamin mendapatkan dukungan gratis di akhir hidup mereka.
“Peraturan ini memungkinkan keinginan pasien yang sekarat untuk tinggal di rumah, sekaligus mengurangi biaya yang mahal, dan tindakan darurat yang tidak perlu dilakukan di rumah sakit,” kata Lynda Thomas, kepala eksekutif badan amal tersebut.
Pemerintah Inggris harus melihat berbagai pilihan, untuk memastikan orang yang sakit parah mendapatkan dukungan kepedulian sosial yang mereka butuhkan.
Dalam laporannya, bulan Maret lalu, Komite Dewan Kesehatan Inggris mengatakan, perawatan sosial gratis di rumah dapat menghemat biaya dengan memotong ketergantungan yang amat mahal di rumah sakit.
(win/mer)