Jakarta, CNN Indonesia -- Pemeriksaan, diagnosis, dan pengobatan penyakit diabetes tipe dua yang lebih awal dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, berdasarkan penelitian di Ameriksa Serikat, seperti dilansir dari laman Reuters.
Waktu diagnosis dan waktu dimulainya pengobatan tampaknya lebih penting daripada intensitas pengobatan yang sebenarnya, kata para peneliti seperti dilaporkan dari jurnal
Diabetes Care.“Sebenarnya, meskipun tampaknya intuitif, bukti terhadap pemeriksaan diabetes tipe 2 tidak kuat,” kata ketua penelitian, William H. Herman dari Universitas Michigan di Ann Arbor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Studi yang ideal untuk melihat pemeriksaan diabetes seharusnya adalah dengan memeriksa populasi yang besar, mendiagnosis, dan mengobati setengah (populasi), dan tidak memberitahu setengah (populasi) lainnya bahwa mereka menderita diabetes, lalu mengikuti mereka dari waktu ke waktu untuk membandingkan hasil,” kata Herman.
“Tentu saja, penelitian ini secara etis tidak dapat diterima.”
Satuan petugas layanan pencegahan Amerika Serikat ( US Preventive Services Task Force/ USPSTF), kelompok pembicara yang dibentuk pemerintah AS untuk upaya kesehatan preventif, belum lama ini mengusulkan pemeriksaan orang-orang dengan kadar gula darah yang tidak normal juga orang-orang dengan diabetes tipe dua, untuk membuktikan risiko kadiovaskular lebih tinggi. Termasuk orang-orang berusia 45 dan yang lebih tua.
Salah satu cara untuk melihat manfaat pemeriksaan diabetes di tahap awal adalah dengan menggunakan model komputer. Perangkat ini mensimulasikan perkembangan diabetes dan komplikasinya, termasuk masalah kesehatan jantung, kulitas hidup, dan biaya.
Para peneliti menggunakan model komputer yang dikenal sebagai Michican Model. Komputer ini memperkirakan yang mungkin terjadi pada peserta selama periode lima tahun jika mereka tidak diperiksa, dan diagnosis diabetes mereka tertunda selama tiga sampai enam tahun.
Dilaporkan, jika pemeriksaan diabetes tertunda selama tiga tahun, para peneliti memperkirakan sekitar sebelas persen responden kemungkinan akan mengalami masalah jantung dalam waktu lima tahun.
Sementara, para responden yang pemeriksaannya tidak tertunda, hanya delapan persen yang akan mengalami masalah jantung.
Jika pemeriksaan tertunda selama enam tahun, mereka memperkirakan, sekitar tiga belas persen peserta akan mengalami masalah jantung dalam jangka lima tahun.
(win/mer)