Jakarta, CNN Indonesia -- Sekarang Anda bisa tahu, berapa banyak virus yang telah menyerang tubuh sepanjang hidup Anda.
Dilansir dari laman Independent, para peneliti telah mengembangkan tes darah berbasis DNA. Tes ini dapat menentukan sejarah virus seseorang, perkembangan virus tersebut, dengan harapan membuat deteksi dini suatu penyakit, seperti hepatitis C.
Pada akhirnya, tes ini dapat menjelaskan apa yang memicu kanker dan penyakit autoimun tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tes terbaru yang dikenal sebagai VirScan ini bekerja dengan cara memeriksa antibodi pada darah yang melawan 206 spesies virus yang menginfeksi manusia. Laporan itu berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science.
Sistem kekebalan tubuh mengeluarkan antibodi tertentu saat bertemu virus, dan akan terus menghasilkan antibodi tersebut, bahkan berpuluh-puluh tahun setelah infeksi mereda. VirScan mendeteksi antibodi tersebut dan menggunakannya sebagai jendela waktu untuk membuat cetak biru hampir seluruh virus yang pernah menyerang seseorang.
Cara ini dianggap sebagai alternatif yang dramatis dari alat diagnostik sebelumnya, yang hanya menguji virus tunggal yang dicurigai.
Para ilmuwan pada pekan lalu melaporkan temuan menarik dari tes awal mereka terhadap 569 orang yang mereka periksa menggunakan VirScan di Amerika Serikat, Afrika Selatan, Thailand, dan Peru.
Mereka menemukan, rata-rata orang telah terkena sepuluh dari 206 spesies berbeda dari virus yang dikenal, meski beberapa orang terpapar lebih dari dua kali lipat jumlah tersebut.
“Banyak dari mereka yang mungkin telah terinfeksi oleh jenis berbeda dari virus yang sama,” kata Stephen Elledge, profesor genetika dan kedokteran di Sekolah Kedokteran Harvard, yang memimpin pengembangan VirScan, seperti dilansir dari laman Independent.
“Anda bisa terinfeksi banyak strain rhinovirus selama hidup Anda, dan itu akan muncul sebagai satu hantaman.”
Selain itu, virus tertentu lebih umum ada pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Orang yang terinfeksi HIV cenderung memiliki antibodi yang melawan banyak virus, dibandingkan mereka yang tanpa penyakit itu.
Para peneliti juga melihat perbedaan geografis mencolok dari cara virus menginfeksi populasi-populasi yang berbeda. Orang-orang di Afrika Selatan, Thailand, dan Peru umumnya memiliki antibodi terhadap banyak virus dibandingkan mereka yang tinggal di Amerika Serikat.
Elledge mengatakan, analisis VirScan saat ini dapat dilakukan dengan biaya US$ 25 atau sekitar Rp 334 ribu per sampel darah. Meski begitu, laboratorium mungkin akan mengenakan biaya lebih dari itu jika tes itu tersedia secara komersial.
Dia juga menjelaskan, saat ini dibutuhkan dua sampai tiga hari untuk memproses dsan mengurutkan sekitar seratus sampel, meskipun kecepatan itu dapat meningkat seiring berkembangnya teknologi.
(win/mer)