Jakarta, CNN Indonesia -- Di musim panas, banyak di antara kita yang bersin karena alergi debu. Namun, tampaknya sinar matahari tampaknya juga bisa jadi penyebab bersin-bersin.
Sekitar satu dari empat orang menderita 'bersin fotik'. Yaitu, rasa gatal di dalam hidung yang disebabkan oleh cahaya terang. Jason Goldman, ilmuwan kognitif, menjelaskan, fenomena tersebut bisa merupakan genetik. Bahkan, ada hubungannya dengan serangan epilepsi ringan.
Ilmuwan yang tinggal di Los Angeles itu menulis dalam penelitiannya, refleks tersebut dikenal sebagai Autosomal Dominant Compelling Helio – opthalmic Outburst, atau singkatnya Achoo. Acuan pertama tentang kondisi ini ditemukan dalam
Book of Problems milik Aristotle dari abad ke-3 Silam Masehi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahli genetika pada 2010 menganalisis genotip dari hampir 10 ribu orang untuk menemukan dua 'nukleotida polimorfisme tunggal yang dikaitkan sebagai pencetus fenomena tersebut. Genotip ini adalah variasi dalam urutan DNA seseorang yang mengarah ke kode huruf.
Secara khusus, salah satu dari kode itu, yang ditemukan di dekat sebuah gen yang terkait dengan epilepsi yang dipicu oleh cahaya, menunjukkan hubungan di antaranya keduanya.
Pada tahun yang sama, penelitian yang dipimpin oleh Nicholas Langer, dari divisi neuropsikologi di Universitas Zurich, Swiss mengambil langkah lebih jauh. Dia memelajari aktivitas otak orang yang diklasifikasikan sebagai
photic sneezers (orang yang bersin karena cahaya). Mereka lalu dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami fenomena tersebut.
Temuan itu menunjukkan, bila terkena cahaya terang, photic sneezers mengalami peningkatan rangsangan dan aktivitas otak di korteks visual, terutama di cuneus. Orang-orang yang mengalami semacam tusukan kuat di dalam hidung tersebut menunjukkan aktivitas di insula dan korteks somatosensori sekunder.
Langer mengatakan, “Kami menyimpulkan bahwa fenomena bersin fotik mungkin merupakan konsekuensi dari sensitivitas tinggi terhadap rangsangan visual dalam korteks visual dan aktivasi daerah somatosensori.
Oleh sebab itu, refleks bersin fotik bukan lah refleks klasik yang terjadi pada batang otak atau sumsum tulang belakang, tapi, berbeda dengan banyak teori, melibatkan daerah jaringan tulang kortikal tertentu.
Selain debu, bersin juga disebabkan oleh bentuk-bentuk rangsangan lain. Kondisi rhinitis gustatory dapat menyebabkan orang bersin setelah makan, terutama setelah makan pedas, atau ketika perut mereka kenyang.
Kondisi itu disebut juga sebagai
snatiation.
Snatiation adalah kondisi kelainan medis yang ditandai dengan bersin berlebihan. Gejala ini juga diyakini merupakan sifat yang diturunkan, seperti halnya Achoo.
Beberapa orang bahkan memiliki kecenderungan bersin saat orgasme, atau ketika berpikir tentang seks.
(win/mer)