Jakarta, CNN Indonesia -- Ayu Lestari Putri Gani mendadak jadi buah bibir masyarakat di Indonesia. Bagaimana tidak, perempuan kelahiran 13 Agustus 1991 tersebut menjadi perbincangan pada pertengahan Juni lalu lantaran menjadi pemenang ajang pencarian model Asia's Next Top Model musim ke-3. Acara ini adalah waralaba dari America's Next Top Model karya supermodel Tyra Banks.
Kini, mungkin saja Gani adalah sosok yang sangat terkenal. Dengan tubuh semampai, tulang rahang yang menonjol, rambut pendek lurus dan penampilan bak model, pembawaan yang ceria dan murah senyum, pasti akan mudah mengenalinya. Mungkin juga akan banyak orang yang berpikir kalau dirinya adalah sosok yang disukai banyak orang.
Benarkah? Kenyataannya tidak juga. Dulunya, perempuan berdarah campuran Jawa, Tionghoa dan Jepang ini justru jadi sasaran empuk
bully.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat SMP di Solo, saya menjadi sasaran
bully, satu sekolah tidak ada yang ingin menjadi teman. Kadang ketika saya lewat sering disebut kecoak atau tempat sampah," kata Gani kepada CNN Indonesia di kantor Fox, Jakarta.
Kondisi ini tak ayal membuatnya harus melewati masa sekolah yang harusnya menyenangkan jadi terasa sepi. "Saya merasa kesepian."
Yang lebih menyedihkan, Gani sendiri tak tahu apa sebab dirinya dijadikan sasaran kebencian. Ia menduga, semua berawal dari ketidaksukaan seorang senior yang kemudian sukses menghasut satu sekolah untuk menjauhinya.
Kebencian kepada dirinya, tak cuma membuahkan ledekan. Ia pernah merasakan sakitnya botol plastik air mineral yang mendarat pada kepalanya. Ia juga tahu rasanya menjalankan ujian akhir sendirian lantaran tak ada yang ingin satu ruangan dengannya.
Intimidasi bertubi-tubi tersebut membuatnya jadi sosok yang tidak percaya diri, minder, dan pemalu. Ia mengira semua ini terjadi karena dirinya adalah sosok yang buruk rupa. Bahkan anggapan ini pun masih bertengger pada dirinya sampai saat ini.
Saat itu, ia mengaku hanya bisa bersabar dan menguatkan dirinya. Ia menyimpan rapat-rapat keyakinan dirinya, dan berjanji akan membuktikan kepada yang menghinanya bahwa ia akan menjadi sosok yang lebih baik.
Kesabaran dan keinginan untuk jadi lebih baik membuatnya jadi berani untuk mengikuti kata hatinya. Kehidupannya mulai berubah usai dia lulus SMP. Kehidupan SMA dilaluinya dengan baik.
Keberaniannya semakin terlihat saat dia kuliah. Ia berani mengambil risiko untuk meninggalkan jurusan Sastra Inggris di sebuah universitas swasta di Yogyakarta dan beralih ke bidang fesyen di Jakarta. Saat itulah, ia membuktikan kepada dunia dan juga orang yang menindasnya kalau ia juga bisa sukses dan memenangkan kompetisi bergengsi tersebut.
Kini, beberapa teman SMP-nya ada yang menjadi
follower di akun media sosialnya, menyukai unggahan, hingga memberikan pesan pertanyaan apakah Gani masih mengingat mereka sebagai teman SMP.
"Saya ingin mengatakan kepada mereka, jangan pernah
bully seseorang, itu judgemental dan jangan pernah menilai seseorang jika tidak tahu tentang orang itu," kata Gani.
Ia mengungkapkan, jika memungkinkan, dia sangat ingin bisa menjadi seorang duta anti
bullying.
"Mereka tidak akan pernah tahu korban
bully nantinya menjadi apa."
(chs/mer)