Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap perempuan pasti membayangkan punya kekasih idaman dengan tubuh yang sempurna. Tak ada yang pernah membayangkan bakal punya kekasih dengan seseorang yang bertitel pria paling gemuk di dunia.
Namun, kondisi ini tak berlaku bagi Rebbeca Mountain ketika bertemu dengan Paul Mason. Mereka bertemu lewat dunia maya. Kala itu, Mountain bertemu dengan Mason, si pria tergemuk di dunia. Mason memiliki berat badan 980 pon atau sekitar 444,5 kg.
Tahun 2010, Mason menjalani operasi bariatrik dan berat badannya turun menjadi 294 kg. Bulan lalu, ahli bedah menghilangkan sisa kelebihan kulit seberat 22 kg yang menganggu aktivitasnya. Saat ini, Mason masih berjuang dengan lymphedema (pembengkakan di kaki) dan infeksi yang dipicu oleh sirkulasi yang buruk. Sisa kelebihan kulitnya pun masih banyak yang harus dihilangkan.
Hebatnya, cinta Mountain tak berubah. Ia justru mendukung tunangannya itu untuk mendapatkan hidupnya kembali. Seperti apa rasanya menjadi tunangan seorang pria (mantan) tergemuk di dunia? Mengutip Cosmopolitan, Mountain pun bertutur tentang isi hatinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"
Pertama kali saya melihat Paulus, saat ia tampil di sebuah film dokumenter tentang obesitas ekstrem. Berat tubuhnya mencapai 444,5 kg. Ia tak bisa bergerak dan tidak bisa bekerja. Dia tinggal di rumahnya di Inggris. Ia berjuang untuk menurunkan bobot tubuhnya, namun pemerintah menolak permintaannya untuk membantu operasi by pass lambung. Dia sudah miskin dan tak mampu membayar prosedur tersebut. Saya tidak pernah punya masalah dengan berat badan, atau bergulat dengan obesitas secara personal, makan tak teratur atau masalah kesehatan serius lainnya. Tapi cerita Paul benar-benar memengaruhi saya. Anda jarang melihat, orang yang punya masalah kelebihan berat badan sampai seberat ini karena mereka tidak muncul di muka publik. Tapi ketika media mengeksposnya, orang menilai mereka adalah orang yang rakus dan malas. Tapi sebenarnya, saya sadar, orang-orang ini adalah penderita makan kompulsif atau kecanduan makanan. Masalah berat badan mereka berasal dari masalah psikologis yang tidak sama seperti orang anoreksia. Setelahnya saya membaca dalam artikel bahwa akhirnya dia mendapat bantuan operasi bypass lambung tahun 2010. Selama musim panas tahun 2013, saya menemukan Paul di jejaring sosial. Dan saya menghubunginya untuk melihat apakah saya bisa membantunya. Tidak ada hal yang romantis atau apapun. Saya hanya berpikir bisa mulai dari penggalangan dana. Saya tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Dia membalas email dan mengatakan bahwa seorang dokter di New York menawarkan untuk melakukan operasi kulit secara gratis. Tapi dia membutuhkan dana untuk bisa sampai ke New York dan mendukung dirinya selama pemulihan. Kami berbalas-balasan email selama sekitar dua minggu. Sebelum akhirnya ia meminta saya untuk bicara di Skype. Bertatap muka, lebih tepatnya. Saat bertatapan, kami langsung cocok secara emosional. Kami sama-sama merasa nyaman satu sama lain, bicara soal tujuan dan kepentingan bersama. Semuanya jadi romantis seketika. Kurang dari sebulan kemudian, kami melakukan skype per 4-5 jam sekali. Saya pulang kerja lalu berbincang sambil makan malam lewat dunia maya. Kami sangat ingin bertemu satu sama lain secara pribadi. Tapi biaya perjalanan sangat mahal. Di bulan November, sebuah acara televisi pagi di Inggris menawarkan untuk membayar penerbangan saya ke Inggris, sehingga Paul dan saya bisa tampil di acara mereka. Dan saya melakukan perjalanan sembilan hari untuk bertemu dengannya. Pertemuan pertama kami benar-benar mengesankan dan menguatkan ikatan kami. Sementara banyak orang yang memilih pasangannya berdasar fisik dan penampilan dan berharap ada daya tarik fisik sesudahnya. Namun yang terjadi pada kami itu sangat berlawanan. Daya tarik emosional menyebabkan ketertarikan fisik. Saya pikir yang paling penting dalam hubungan jangka panjang yang paling memuaskan adalah memiliki pondasi yang kuat. Di musim dingin lalu, Paul datang untuk tinggal bersama dengan saya di Massachusetts selama beberapa bulan. Ia menghabiskan Natal bersama dengan keluarga saya, sekaligus untuk syuting acara televisi. Pada titik itu, saya sudah tahu kalau saya ingin menikah dengan Paul. Kami memiliki tingkat kenyamanan dan daya tarik emosional yang membuat kami merasa dekat satu sama lain. Ini adalah perasaan yang hanya saya alami beberapa kali dalam hidup, dan ini adalah dengan Paul. Tapi saya ingin Paul bisa merasakan bagaimana rasanya cinta seperti orang pada umumnya. Untuk menunjukkan kepada orang bahwa orang yang berbeda 'tampilan' bisa jatuh cinta. Jadi saya memutuskan untuk melamarnya saat acara televisi. Dia tidak tahu kalau saya akan melakukan itu di sana, namun dia tetap bilang iya. Setelah pertunangan, Paul kembali ke Inggris untuk mendapatkan visa medis. Kami berangkat dari berkencan (yang tidak terasa seperti kencan karena kami tinggal terpisah, dan sangat sulit untuknya bisa bergerak) sampai pascabulan madu ketika Anda harus berurusan dengan logistik. Kami selalu berada di tempat yang serius. Satu-satunya hal yang harus saya lakukan untuk dia selama pemulihan adalah membantunya berpakaian, karena ada luka setelah operasi. Tidak ada kondisi tertentu yang membatasi saya untuk menolongnya, namun kebebasannya bergerak adalah tujuan saya. Sekarang dia hampir sepenuhnya sembuh, dia juga jadi lebih mandiri. Dia berjalan dengan tongkat dan hanya menggunakan kursi roda jika kakinya terluka. Dia juga lebih banyak berjalan meskipun itu menyebabkan pembengkakan di kakinya karena ia masih punya lymphedema. Adalah kondisi di mana cairan tidak beredar di tubuhnya dengan baik. Saya sebenarnya harus marah, karena saya berharap dia bisa lebih sehat. Tapi saya coba berpikir positif dan fokus pada prestasinya. Misalnya dulu dia sulit keluar makan malam karena kursi roda bariatrik, tapi sekarang dia bisa berjalan dengan tongkat. Di penghujung hari, kami tinggal di rumah. Paul suka memasak. Kami juga suka berkebun dan melakukan pekerjaan rumah. Kami sangat menikmatinya.Dia tidak menghambat saya sama sekali. Saya tetap menjalankan perusahaan saya sendiri dan saya lebih memilih pekerjaan dibanding olahraga. Tingkat aktivitas saya pun tak benar-benar berubah sejak dia pindah. Sekarang saya lebih khawatir tentang kemampuan fisik Paul daripada penampilannya. Saya tidak berpikir itu penting. Kami hidup bersama dan terlibat, kami berbagi keintiman meskipun ada keterbatasan fisik. Saya tidak khawatir apakah nantinya saya akan tertarik untuk Paul setelah operasi, atau apakah itu nantinya akan memengaruhi harga diri saya. Kami bertemu sebagai orang dewasa. Dia memiliki sifat yang sangat peduli dan sering melakukan hal yang baik untuk saya, misalnya menyediakan sarapan. Menawarkan untuk membuat kopi saat saya sedang bekerja, atau memijat saya setelah pulang kerja. Tapi, dia tidak ingin menurunkan berat badan karena saya, dia ingin itu karena dirinya sendiri. Saya di sini hanya berperan sebagai mitra dan tunangannya serta teman baik untuk mendukungnya lewat cara apapun yang dibutuhkannya. Semoga dia bisa mendapatkan operasi pengangkatan kulitnya yang kedua, sehingga dia bisa muat pakai baju pernikahan nanti. Semoga dia juga bisa dapat green card sehingga bisa secara hukum bekerja di Amerika. Saya hanya merasa sangat beruntung memiliki dan mendukung dia."
(chs/mer)