Kisah Hidup Inspirasi Film 'Jaws' yang Kontroversial

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 01 Jul 2015 21:10 WIB
Empat dekade sejak Jaws dirilis, perempuan yang menjadi inspirasi untuk menggarap film tersebut, ternyata masih menjalani kehidupannya seperti biasa.
Poster film Jaws (Dok. Universal Pictures)
Jakarta, CNN Indonesia -- Empat dekade sejak Jaws dirilis, perempuan yang menjadi inspirasi Steven Spielberg untuk menggarap film tersebut, Valerie Taylor, ternyata masih menjalani kehidupannya seperti biasa, berburu ikan hiu.

Ia pun tergelak ketika The Telegraph bertanya apakah Taylor masih sering menyelam. "Ya, Tuhan! Ya! Apa lagi yang dapat saya lakukan? Saya menyelam sesering mungkin. Saya baru saja melakukan perjalanan selama lima pekan mengarungi Laut India," ujar Valerie.

Ekspresi tersebut dirasa tak berlebihan. Pasalnya, Valerie memang bukan seorang aktris. Sedari kecil, Valerie adalah pencinta laut. Ia pun tak menyangka bahwa pertemuannya dengan Spielberg dapat berakhir dengan ketenaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, 41 tahun setelah pertemuan monumental tersebut, Valerie mengenang kembali perjalanan hidupnya hingga akhirnya berpapasan dengan Spielberg.

Karier Valerie bermula dari satu alasan sederhana, yaitu penyakit ayahnya. Pria kelahiran Inggris tersebut memiliki bisul di perut sehingga ia harus menjalani pola makan tanpa daging sapi.

"Kami memiliki rumah di tepi laut di Sydney dan saudara laki-laki saya masuk ke air dengan tombak untuk menangkap ikan. Menombak ikan dan menyelam adalah pekerjaan yang didominasi oleh lelaki kala itu. Saya tidak mengenal penyelam perempuan lainnya. Saya adalah penombak ikan, dan saya jago," tutur Valerie.

Di akhir masa remajanya, ia mengikuti Klub Penombak Ikan St George di Sydney. Di sana, ia bertemu dengan Ron, yang akhirnya ia nikahi dan meninggal akibat leukemia tiga tahun lalu.

Selain jago menombak ikan, Ron juga seorang sinematografer bawah laut. Ron pun menyadari satu potensi yang dapat menghasilkan uang dari hobi mereka, yaitu membuat film bawah laut.

"Yang disukai pembuat dokumenter adalah potongan gambar dari gadis berambut pirang dengan bikini, berenang bersama binatang bawah laut. Dan mereka tidak tertarik hanya dengan batu karang atau ikan todak. Mereka ingin hiu, pari manta, apapun yang besar dan mengerikan," ucap Valerie.

Produksi film pertama pasangan Taylor ini adalah Shark Hunters yang ditayangkan di bioskop dan televisi Australia pada 1963. Dari penggarapan film ini, Ron dan Valerie mendapat banyak pelajaran.

"Ron dan saya merasakan bahwa binatang laut harus diperlakukan dengan hormat dan mereka akan menghormati Anda juga," kata Valerie.

Dengan segala keahlian Valerie bercengkerama dengan binatang laut buas tersebut, ia juga tak lepas dari beberapa serangan liar. "Tidak ada yang besar. Ia tidak dapat menggigit saya karena saya langsung menyergap moncongnya," kata Valerie.

Pada 1969, Valeri menyelami hobi lain, yaitu fotografi bawah laut. Sangat dalam menyelam, ia pun menjadi ratu fotografi bawah laut. Beberapa hasil jepretannya terpampang di sampul National Geographic.

Membentuk formasi dengan Ron sebagai ahli sinematografi, permintaan demi permintaan film pun terus membanjiri pasangan ini.

Pada penggarapan film Blue Water, White Death pada 1971, mereka harus menyaksikan momen 200 hiu sirip putih menggerogoti tubuh paus sperma. Adegan yang dianggap sangat mengerikan. Namun, Valarie mengaku tak gentar.

"Saya tidak terlalu ketakutan, saya bersemangat. Ketakutan bukanlah bagian dari kepribadian saya," kata Valerie.

Novel Jaws karya Peter Benchley yang akhirnya diadaptasi oleh Spielberg sebenarnya terinspirasi dari salah satu film dokumenter Ron, Hunt for the Great White Shark. Mengambil gambar di tepi pantai di South Australia, duo Taylor ini menggunakan kandang hiu besar.

Dalam salah satu adegan, seekor paus putih terlilit kabel kandang tersebut. Ia pun meronta, berusaha melepas lilitan tersebut. Adegan yang direkam kamera Ron ini dianggap momen paling menyeramkan dalam Jaws. Namun, Valerie berpendapat lain. "Tidak. Jaws hanya pekerjaan," katanya.

Namun, dunia berkata lain. Film ini mengubah pandangan manusia terhadap hiu. Ron dan Valerie pun disalahkan.

"Mereka membawa saya dan Ron keliling dunia, mengadakan acara bincang-bincang untuk meyakinkan orang bahwa hiu ini tidak benar-benar ada. Menyelam di laut itu sangat aman," tutur Valerie.

Telanjur, fobia hiu sudah merebak di dunia Barat. Generasi yang menyaksikan film tersebut keluar dari ruang bioskop dengan satu simpulan sama, hiu adalah mesin pembunuh.

Melihat dampak besar ini, Benchley pun mengucap sesal. "Mengetahui apa yang saya ketahui sekarang, saya tidak akan menulis buku itu. Hiu tidak pernah menjadikan manusia target dan mereka tidak menyimpan dendam," ucapnya.

Tak hanya oleh orang awam, Ron dan Valerie pun dihanyutkan kecaman demi kecaman dari dunia konservasi laut.

"Itu membuat pembantaian besar-besaran terhadap hiu yang tidak akan pernah menyakiti manusia, dan mereka menyalahkan saya dan Ron," tutur Valerie.

Dengan lirih, Valerie kembali menekankan bahwa Jaws hanyalah cerita fiksi. "Bagi kami, Jaws hanyalah cerita fiksi mengenai hiu fiksi. Anda tidak pergi ke New York dan melihat King Kong bergelantungan di Empire State Building. Namun, Jaws sangat sempurna sehingga orang terlalu terbawa perasaan," kata Valerie.

Hingga akhirnya Valerie menyumbangkan kontribusi terbesar dalam pemahaman publik mengenai hiu putih pada medio 1970-an.

"Ada tiga ekor di sekitar kapal kami dan saya turun ke pijakan kecil dan saya dapat melihat salah satu hiu sangat baik. Kami terhubung. Saya berjongkok dan menaikkannya ke kapal. Hiu itu makan dari tangan saya," tutur Valerie.

Pada era 1980-an, pasangan Taylor bersama Benchley dan istrinya, Wendy, akhirnya berhasil menarik hati komunitas konservasi laut internasional. Mereka berhasil melobi pemerintah Australia untuk melindungi Kepulauan Karang Laut di Queensland.

Beberapa film dokumenter garapan mereka mengenai salah satu situs menyelam terkenal di Australia, Yongala, diakui sebagai upaya mempromosikan konservasi yang baik.

Betapapun kontroversial Jaws di masanya, tak dapat dimungkiri bahwa film tersebut berhasil menyedot perhatian publik terhadap kehidupan laut. Kian lama, orang paham bahwa hiu tidak berbahaya jika tak terusik.

Merujuk pada International Shark Report File dari Florida Museum of Natural History, perenang hanya memiliki risiko digigit hiu sebesar satu banding 11,5 juta.

Terlepas dari data, Valerie mengambil pendekatan filosofi terhadap risiko tersebut.

"Ya, ada serangan hiu di sini, tapi saya tidak pernah bertemu dengan seseorang yang selamat dari serangan hiu lantas menyalahkan hiunya. Mereka tidak muncul begitu saja di tepi pantai atau di jalan dan menerkam Anda. Anda adalah monster di dunia Anda sendiri. Anda yang membuat keputusan untuk menyelam ke laut dan Anda harus hidup di dalamnya," tutur Valerie.


(mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER