Indonesia Negara dengan Jumlah Anak Pendek Terbanyak di Dunia

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 02 Jul 2015 15:42 WIB
Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan jumlah anak pendek terbanyak kelima di dunia setelah Tiongkok, India, Nigeria, dan Pakistan.
Ilustrasi (Thinkstock/Steve Hix/Fuse)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan jumlah anak pendek terbanyak kelima di dunia setelah Tiongkok, India, Nigeria, dan Pakistan. Selain faktor genetik yang tidak dapat dihindari, banyak kasus terjadi lantaran anak Indonesia kekurangan gizi semenjak bayi.

Perawakan pendek akibat kekurangan gizi ini disebut stunting. Kasus stunting yang terus meningkat setiap tahunnya ini merupakan salah satu faktor pendorong utama Indonesia maju ke posisi kelima manusia terpendek terbanyak di dunia.

Merujuk pada data Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita stunting di Indonesia sebenarnya sudah cukup tinggi mulai tahun 2007, yaitu hingga 36,8 persen populasi. Angka tersebut terus melesat hingga mencapai 37,2 persen pada 2013.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masalah yang disebabkan stunting ini bukan hanya kekurangan percaya diri, tapi juga berpengaruh besar terhadap kualitas hidup seseorang.

"Penderita stunting akan kehilangan fungsi produktivitas hingga empat persen dan orang yang menderita stunting parah bisa mencapai enam persen," ujar dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik RSCM, Damayanti Sjarif, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (2/6).

Hal tersebut belum seberapa dibandingkan dengan efek stunting pada pertumbuhan kemampuan kognitif pada otak. "Penderita stunting mengalami hambatan perkembangan kognitif hingga sepuluh persen dari yang seharusnya," kata Damayanti.

Jika kedua efek tersebut digabungkan, maka masalah besar akan mengintai. "Bayangkan, apa yang akan dikerjakan oleh generasi muda bangsa kita bila ini terus berkembang? Mungkin semua anak kita hanya akan jadi pengemis yang kalah saing dengan tenaga kerja luar negeri," ucap Damayanti.

Untuk mencegah hal tersebut, Damayanti mengajak masyarakat untuk mengenal secara baik gejala stunting pada anak sejak dini. Segala gejala ini dapat dikenali dengan pemantauan pertumbuhan melalui kontrol dokter di rumah sakit.

Hal pertama yang harus diperhatikan, kata Damayanti, adalah berat badan. "Jika berat badan turun drastis pada bulan ketiga, harus waspada," ucapnya.

Selain itu, pengukuran tinggi badan juga merupakan hal penting yang tak boleh dilewatkan. Cara pengukuran tinggi juga harus tepat. Jika berusia di bawah dua bulan, bayi harus ditelentangkan. Sementara itu, bayi berusia di atas dua bulan harus diukur panjangnya dalam posisi berdiri.

"Lihat tabel z score tinggi yang ada di rumah sakit. Kalau tinggi anak ada di titik -2, berarti anak itu stunted. Kalau tinggi anak di titik -3, berarti anak itu severely stunted," tutur Damayanti.

Jika bayi sudah mengalami gejala tersebut, orang tua harus segera bertindak. Pasalnya, seribu hari pertama bayi adalah masa keemasan pertumbuhan dan masih bisa diperbaiki.

"Segera ditangani dengan memberikan asupan dengan protein hewani yang tinggi karena kalau sudah lewat masa keemasan, stunting itu ireversibel (tak bisa diobati),” kata Damayanti.



(mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER