Jakarta, CNN Indonesia -- Industri pariwisata di belahan selatan Eropa, seperti Spanyol, kini sedang ketir-ketir akibat perubahan iklim yang kian terik. Menurut penelitian bertajuk Time is of the Essence: Adaptation of Tourism Demand to Climate Change in Europe, kondisi iklim tersebut mengurangi daya tarik bagi turis.
Seperti dilansir The Independent, cuaca musim panas yang lebih kering di negara-negara seperti Spanyol dan Bulgaria berpotensi meningkatkan risiko kekeringan, kebakaran hutan, dan kematian beberapa kehidupan liar.
Tak hanya itu, kenaikan suhu ini secara praktis juga dapat membuat turis tak nyaman menikmati musim panas di Mediterania yang terlalu terik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Spanyol dan Bulgaria berpikir keras, negara-negara di utara Eropa, seperti Latvia, Estonia, Slovenia and Slovakia dapat tertawa lepas. Perubahan iklim ini justru membuat daerah mereka lebih diincar turis.
Kendati demikian, turis yang sudah merencanakan perjalanan ke Spanyol tak perlu khawatir. Kondisi ini merupakan proyeksi di tahun 2100.
Memang masih lama, tapi para peneliti sudah harus memulai perencanaan. Pasalnya, jika tidak ada upaya penanggulangan, negara-negara Mediterania diperkirakan kehilangan hingga 0,45 GDP setiap tahunnya dari pos pariwisata.
Jika diproyeksikan untuk Spanyol negara tersebut diperkirakan merugi hingga 5,6 triliun Euro pertahun.
Sebaliknya, pendapatan sektor pariwisata di negara-negara utara Eropa diperkirakan naik, tapi hanya mencapai angka 0,32 persen dari GDP. Jika dirata-rata, keseluruhan benua Eropa tetap akan merugi.
Namun, penelitian gagasan Salvador Barrios dan Juan Ibanez Rivas ini mengungkapkan bahwa keadaan pariwisata juga tergantung pada pola liburan populasi dunia di masa depan.
(utw/utw)