Jakarta, CNN Indonesia -- "Di perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, ada surga di timur matahari, yaitu Alor. Banyak potensi unik yang belum terjamah banyak tangan," ujar Bupati Alor, Amon Djobo, dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis (20/8).
Untuk dapat menyaksikan kearifan lokal dan keindahan alam yang belum terjamah banyak tangan tersebut dalam satu kesempatan, publik dapat menghadiri Festival Bahari Alor pada 16-18 September mendatang.
Dihelat di Pantai Sebanjar, Desa Alor, Nusa Tenggara Timur, festival ini akan menyuguhkan berbagai kegiatan budaya tradisional unik. Sebut saja Pou-Hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada upacara adat ini, para masyarakat memberikan sajen kepada roh-roh laut yang memberikan berkat bagi masyarakat," kata Amon.
Jika beruntung, turis dapat menyaksikan fenomena ikan-ikan yang tewas terdampar di pinggir pantai. "Itu karena arus dingin yang manusia saja tidak tahan. Itu hanya terjadi di Alor pada Agustus dan Oktober," ucap Amon.
Sementara itu, para penggemar selam juga dapat menikmati keindahan laut Alor sembari ikut serta dalam lomba fotografi. Menurut Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya, keindahan terumbu karang di laut Alor tak perlu dipertanyakan lagi.
"Saya pernah ke sana. Indah sekali. Sekarang saja, tempat diving di Alor itu sudah menempati posisi ketiga paling indah setelah Labuan Bajo dan Raja Ampat," kata Arief.
Saat puncak acara, peserta akan disuguhkan satu upacara adat yang sarat makna perjuangan dalam sejarah, Gala Soro. Menurut pendiri Way 2 East, Adi Gerimu, Gala Soro sudah dimulai sejak zaman perang dahulu untuk menyambut para kesatria yang berhasil memenangkan pertarungan.
"Setelah perang adat, panglima yang menang datang pakai baju adat lengkap dan alat perang dikawal sembilan kapal lain, kemudian disambut oleh rakyat di tepi pantai dengan pesta pora," tutur Adi.
Sambil menuruni kapal, para kesatria mengiringi langkah panglima dengan tarian cakalele. Para rakyat menyambut dengan berbalas pantun sambil bernyanyi dan menari, mengantar sang panglima ke atas podium.
"Panglima mengumumkan kemenangan perang, dan kepala pihak yang kalah digantung di sekitar desa sebagai tanda kemenangan," ucap Adi.
Rakyat dan pasukan perang pun berbaur bersama, menari lego-lego untuk merayakan kemenangan.
Dalam Festival Bahari Alor, Way 2 East berusaha menghidupkan kembali adat yang telah lama mati tersebut.
"Akan ada seratus kapal muncul dari masing-masing pulau di sekitar Pantai Sebanjo. Di setiap kapal, ada 10 pria berpakian adat, bawa tombak, kelewang, dan busur panah," kata Adi.
Layaknya zaman perang, penumpang kapal akan disambut dengan berbagai tarian rakyat. "Bedanya, tidak ada kepala yang digantung lagi," ucap Adi sambil tergelak.
(mer)