Jakarta, CNN Indonesia -- Meskipun bukan pengidap diabetes, seorang perempuan dapat terserang penyakit tingginya kadar gula darah ini saat hamil. Menurut pakar diabetes dari Universitas Airlangga, Agung Pranoto, diabetes biasanya diakibatkan kebutuhan makan ibu yang meningkat.
"Ibu hamil memang harus makan banyak karena dia makan untuk dua orang, tidak apa-apa, tapi harus rajin periksa ke dokter," kata Agung sesaat setelah menghadiri jumpa pers di Jakarta, Senin (24/8).
Serangan diabetes saat hamil ini dikenal dengan istilah Diabetes gestasional. Diabetes gestasional, kata Agung, dapat dideteksi mulai minggu ke-24 kehamilan. "Cek saja ke rumah sakit, bilang mau tes TTGO. Nanti akan terdeteksi apakah ibu itu menderita penyakit diabetes gestasional," ucap Agung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika memang terdiagnosis diabetes, Agung menyarankan untuk menggunakan suntik insulin sebagai obat. "Lebih baik insulin. Obat oral itu berisiko nanti kecacatan bayi," kata Agung.
Diabetes yang tak ditangani tak cuma berbahaya untuk ibu, tapi juga untuk janin dalam kandungan maupun saat sudah dilahirkan. Dikatakan Agung, jika tak ditangani, diabetes akan menyebabkan janin akan berkembang menjadi bayi raksasa atau
giant baby.
"Berat bayi bisa sampai 4-10 kilogram. Nanti akan susah untuk ibunya untuk melahirkan, harus dioperasi. Anaknya juga bisa patah tulang di dalam," tutur Agung.
Selain itu, kondisi giant baby juga sangat berisiko bagi kehidupan anak di masa depan. Selain diabetes di masa muda, anak juga berisiko memiliki hiperglikemia atau kekurangan kadar gula dalam darah.
"Di dalam perut, bayi sudah biasa dengan kadar gula yang tinggi sehingga produksi insulin juga tinggi. Saat lahir, produksi insulinnya tetap tinggi, tapi kadar gula normal. Gula akan terus diserap insulin hingga kekurangan," papar Agung.
Guna menghindari segala bahaya jangka pendek dan panjang tersebut, Agung mengimbau masyarakat untuk memeriksa kesehatan secara rutin.
"Bagi yang memang sudah diabetes sebelum hamil, ya harus diobati sejak dini. Bagi yang tidak diabetes, cek kesehatan rutin. Deteksi dini bisa mengurangi risiko diabetes. Kalaupun diabetes, bisa hidup lebih sehat," katanya.
(chs/utw)