Kesalahan Pola Asuh yang Dapat Mengakibatkan Gangguan Bipolar

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 20 Agu 2015 08:37 WIB
Menurut psikiater, sebagian besar pengidap gangguan bipolar memiliki rekam jejak orang tua yang mendidik dengan sangat kejam.
Ilustrasi (geralt/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cara didik tajam yang dilakukan agar anak terasah ternyata dapat menjadi bumerang. Menurut seorang psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Natalia Widiasih, sebagian besar pengidap gangguan bipolar memiliki rekam jejak orang tua yang mendidik dengan sangat kejam.

"Di dunia kesehatan memang banyak ditemukan kasus gangguan bipolar, waktu ditelusuri, ternyata anak itu mengalami trauma pola asuh yang keras atau sangat kejam," ujar Natalia dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (19/8).

Isu ini memang sudah lama bergulir di dunia kesehatan. Dalam bukunya yang bertajuk Pola Pengasuhan Ideal, Tembong Prasetya bahkan mengatakan bahwa sekitar 20 persen warga di Amerika Serikat, Finlandia, Jerman, dan Jepang mengalami masalah kepribadian akibat kesalahan pola asuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Natalia, fenomena ini terjadi biasanya karena anak kehilangan kontrol terhadap emosinya sendiri. "Saat seperti ini, biasanya anak mulai mengalami mekanisme kebalikan. Ia jadi cepat marah, meledak-ledak, tapi tiba-tiba tenang lagi," kata Natalia.

Sebaliknya, ada pula kelompok anak yang memiliki kecenderungan bertolak belakang. "Mereka tahu enggak enak sedih terus. Akhirnya mereka mau senang-senang saja," ucap Natalia.

Di samping itu, orang tua yang terlalu santai dan meninggalkan kesan tak peduli juga dapat berdampak buruk bagi anak. "Orang tua sibuk, kasih anaknya ke pembantu. Tidak ada kedekatan emosi. Bisa juga sering di rumah, tapi main gadget terus. Anak akan merasa tidak berharga," tutur Natalia.

Segala kecenderungan tersebut dapat dikategorikan dalam ranah gangguan bipolar. Menurut seorang psikiater dari Sanatorium Darmawangsa, Ashwin Kandouw, bipolar secara sederhana merupakan gangguan suasana perasaan yang dicirkan dengan adanya dua kutub ekstrem emosi.

"Emosi manusia itu ada dua kutub, gembira dan sedih. Keduanya ada batasnya. Orang dengan bipolar, batasnya berlebihan. Saat sedih, ia bisa berlebihan, begitu pula dengan gembira juga berlebihan. Amplitudo emosinya sangat tinggi," ujar Ashwin.

Menjabarkan lebih lanjut, Natalia mengatakan bahwa orang dengan bipolar sebenarnya akan terlihat biasa saja ketika sedang tidak kambuh. Namun, jika sudah kambuh, pasien bipolar akan masuk ke dalam salah satu kecenderungan episode yang berbahaya.

Ada empat episode suasana hati pada gangguan bipolar, yaitu mania, depresi, hipomanik, dan campuran. Dari keempat episode tersebut, kata Natalia, ada dua yang sangat ekstrem, yaitu mania dan depresi, sementara hipomanik dan campuran berada di antaranya.

"Kalau mania, semangat sangat berlebih, misalnya tertawa terlalu keras padahal engga lucu. Mereka juga biasanya aktivitas fisiknya meningkat drastis dan tingkat kepercayaan dirinya berlebihan," kata Natalia.

Sementara itu, menurut Natalia, episode paling berbahaya adalah depresi. "Saat orang bipolar dengan episode depresi kambuh, energi menurun, mood turun, mudah sedih, enggak ingin melakukan aktivitas, dan kerap berpikir buruk terhadap diri sendiri," ucap Natalia.

Bahayanya, pengidap bipolar tidak dapat mengontrol tindakannya saat sedang kambuh hingga dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

(mer)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER