Semakin Prematur Kelahiran Bayi Semakin Besar Risiko ADHD

Windratie | CNN Indonesia
Kamis, 27 Agu 2015 09:30 WIB
Bayi prematur memiliki otak yang masih berkembang, dan apa pun yang menyebabkan kelahiran prematur, misalnya infeksi pada ibu, mungkin memengaruhi otak bayi.
Bayi prematur memiliki otak yang masih berkembang, dan apapun yang menyebabkan kelahiran prematur, misalnya infeksi pada ibu, mungkin memengaruhi otak bayi. (Thinkstock/06photo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bayi yang sangat prematur diketahui memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). Bahkan sebuah penelitian baru menunjukkan, laporan tersebut juga berlaku untuk bayi yang lahir sedikit lebih awal.

“Ada cukup banyak penelitian tentang kelahiran yang sangat prematur dengan peningkatan risiko ADHD. Namun, sangat kurang penelitian tentang kelahiran prematur akhir (minggu 34–36), bahkan juga kurang untuk bayi yang lahir pada jangka awal (minggu 37–38),” kata pemimpin penelitian Minna Sucksdorff dari Universitas Turku di Finlandia.

Dikutip dari Reuters, Sucksdorff mengatakan, bayi prematur memiliki otak yang masih berkembang, dan apa pun yang menyebabkan kelahiran prematur, misalnya infeksi pada ibu, mungkin memengaruhi otak bayi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti menggunakan data kesehatan Finlandia untuk mengidentifikasi sektiar 10.321 anak yang didiagnosis dengan ADHD, yang lahir antara 1991 dan 2005. Mereka membandingkan setiap anak dengan ADHD dengan empat anak tanpa ADHD, yang tanggal lahirnya, jenis kelamin, dan tempat lahir sama.

Pencatatan termasuk data usia kehamilan saat lahir, yang dihitung menggunakan periode menstruasi terakhir ibu dan ultrasound trimester pertama. Kandungan 40 minggu dianggap sebagai 'jangka penuh'.

Berdasarkan standar usia kehamilan setiap minggu, para peneliti mencatat bayi yang mana yang lahir dengan berat rata-rata, lebih kecil dari rata-rata, atau lebih besar dari rata-rata.

Usia ibu, penyalahgunaan zat dan merokok selama kehamilan, jumlah kelahiran sebelumnya, status pernikahan, usia ayah, dan kota kelahiran anak dikaitkan dengan usia kehamilan, berat bayi saat lahir, dan ADHD, kata peneliti melaporkan dalam jurnal Pediatrics.

Dengan memperhitungkan faktor-faktor lain tersebut, kelahiran prematur masih dilaporkan berhubungan dengan ADHD. Risiko ADHD terus meningkat ketika usia kehamilan turun. Bayi yang lahir pada usia kehamilan 25 minggu memiliki risiko lima kali lebih besar, atau 500 persen, diagnosis ADHD, dibandingkan dengan bayi yang lahir pada usia kehamilan 40 minggu.


(win/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER