Jakarta, CNN Indonesia -- Di buku tahunan De Witt Clinton High School tahun 1957, seorang pria bernama Ralph Lauren menuliskan kata "jutawan" sebagai tujuan hidupnya.
Namun di hari Selasa (30/9) tahun 2015, Lauren memutuskan untuk mundur sebagai CEO dari merek busana mewahnya Polo Ralph Lauren. Hanya saja, Lauren masih tetap berada di kerajaan modenya sebagai executive chairman dan chief creative officer.
Meski kini sudah tak lagi memegang kendali sebagai CEO, namun yang pasti cita-cita Ralph kini sudah tercapai. Dia sukses jadi jutawan, bahkan sukses jadi miliuner. Kekayaannya ditaksir mencapai US$6 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika mereka mulai merancang hal-hal yang tak saya mengerti, saya akan berhenti," katanya kepada New York Times.
Perjuangan awal Jauh sebelum dia menjadi seorang ikon fashion, dia adalah Ralph Lipschitz, anak termuda dari seorang imigran Yahudi yang tinggal di Bronx.
Semakin bertambah dewasa, dia pun berusaha untuk lari dari masalah kemiskinan keluarganya. Dia melarikan diri dengan pergi ke bioskop dan membenamkan diri lewat berbagai plot fiksi.
"Dia benar-benar akan jatuh dalam fantasi dari film-film di masa itu," kata Michael Gross, penulis buku
Genuine Authentic: The Real Life Ralph Lauren kepada Bloomberg, dikutip dari Business Insider.
"Dia benar-benar hanyut dan melakukan berbagai scene yang disukainya. Misalnya adegan Gary Cooper dan Cary Grant. Dia melihat semua karakter ini bisa mengisi mimpi dan visi yang mampu membawanya ke alam fantasi. Ralph membawa semuanya ke dalam bisnis fashion."
Namun asal-usul Raplh ternyata membuat dia dibully. Akhirnya saat remaja, dia pun mengubah nama belakangnya dari Lipschitz menjadi Lauren.
Ralph remaja mulai bertugas sebagai tentara. Namun hanya sebentar dia menjadi tentara. Dia pun pindah ke New York City dan bekerja sebagai pegawai di Brooks Brothers.
Dari pegawai jadi desainer New York Fashion WeekKehidupan Ralph memang penuh kejutan. Dia memiliki pengalaman yang mengubah hidupnya jadi seorang jutawan. Kesuksesannya membangun kerajaan fashion berawal dari pertandingan polo.
Pengalaman ini ternyata membentuk perspektif dan mengaktifkan semangat kewirausahaannya. "Kami punya pengalaman yang luar biasa," kata Warren Helstein, teman yang membawa Ralph ke pertandingan polo tersebut.
"Perak, kulit, kuda, perempuan pirang yang tinggi dan bertopi lebar, serta masyarakat kelas atas yang kami tidak tahu.'
Acara ini mengilhaminya untuk mulai mengembangkan sesuatu yang high class, elegan. Dan hasilnya adalah Polo Ralph Lauren.
Namun mengembangkan bisnis adalah tantangan tersendiri untuknya. Dia hanya punya ijazah SMA dan beberapa sertifikat kelas bisnis di 'kantongnya.' Namun keputusan yang diambilnya ternyata punya pengaruh besar untuk karier legendarisnya.
Koleksinya ternyata mendapat banyak perhatian pencinta mode. Desainnya pun makin berkembang terutama dengan desain dasi aneka warna. Dia bahkan berhasil meraih pendapatan US$500 ribu dalam setahun.
Kesuksesannya cepat didapatkan, dia pun seolah tak henti memperluas perusahaannya. "Ralph tak bisa menduduki 'tahta' nya walau satu menit," kata John Varvatos, anak didik Raplh.
"Anda bisa menikmati masa-masa kejayaan, tapi harus tetap memikirkan rencana berjalan.'
Ketika mendesain rancangan barunya, Ralph menjaga desainnya terus sederhana. Dia membayangkan rancangannya adalah pakaian-pakaian yang ingin dia pakai dan terlihat apik saat dipakai oleh para bintang film.
"Apa yang dipakai oleh Cary Grant, Anda tak bisa berjalan ke toko dan membeli bajunya," kata Ralph kepada Charlie Rose di tahun 1993. "Semua benda yang saya buat, Anda tidak bisa membelinya. Anda tak bisa menemukannya di manapun.'
Tahun 1997, Ralph akhirnya mengambil alih sebuah perusahaan publik. Ini adalah sebuah keputusan yang membuatnya dilema. Dia tak ingin menjadi pemegang saham dan juga dewan dengan wajah yang tergambar di dinding. Namun dia berhasil berdamai dengan keputusannya itu. Dia pun juga memastikan bahwa dia adalah pemegang suara terbanyak.
Ralph Lauren kini adalah seorang ikon fashion dunia. Anak yang dulunya bermimpi jadi jutawan sekarang jadi miliuner. Di usia 75 tahun, dia menikmati semua keberhasilannya. Bukan cuma glamornya dunia fesyen dunia, 'licinnya' lantai catwalk New York Fashion Week serta Fashion Week di dunia, sampai meriahnya tepuk tangan penonton.
Dia kini juga menikmati hidupnya di rumah mewahnya di Jamaika, Long Island, Bedford, dan Manhattan. Sebuah peternakan di Colorado seluas 6,8 hektar.
Bahkan Ralph juga memiliki salah satu koleksi mobil paling berharga di dunia.
"Orang lainnya mengumpulkan barang seni, tapi buat saya, punya mobil langka yang dirancang megah ini menawarkan pengalaman yang berbeda," katanya kepada Architectural Digest.
"Pada akhirnya, Anda bisa menikmati keindahan mesinnya dan juga pengalaman yang dirasakan."
(chs/utw)