Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang profesor ahli kecerdasan dari Amerika Serikat, Thomas Armstrong mengatakan tidak ada kata terlambat untuk menemukan kecerdasan anak.
Bahkan sampai dewasa pun, menemukan dan mengasah kecerdasan yang dominan pada seseorang masih bisa dilakukan.
Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Howard Gardner dari University of Harvard ada delapan jenis kecerdasan yang meliputi kecerdasan linguistik, logika-matematika, visual-spasial, kinestetik, intrapersonal, interpersonal, musik, dan naturalis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti anak akan mengalami hurried child syndrome. Tandanya ia akan sakit perut, gelisah, depresi, tidak mau sekolah, tensi tinggi, susah mengingat, stresnya membuat otak jadi terganggu. Membuat bagian imajinasi tidak berkembang sehingga tidak ada energi lagi bagi kecerdasan untuk berkembang,"Thomas Amstrong, ahli tumbuh kembang anak. |
"Penelitian saya, pengembangan kecerdasan malah banyak terjadi pada otak remaja. Sebab pada masa itu otak remaja sangat bagus untuk menerima rangsangan dari lingkungan. Tidak ada kata terlambat untuk menstimulasi kecerdasan," kata Armstrong saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (1/10).
Jadi, orang tua tak perlu khawatir jika anaknya belum memperlihatkan kecerdasan dominannya. Mereka hanya perlu distimulasi lebih banyak agar bisa menemukan mana kecerdasan yang lebih dominan.
Tapi, Armstrong mengingatkan, jangan memaksakan kecerdasan mana yang akan dikembangkan pada anak Anda.
Jika orang tua ingin anaknya mempunyai kecerdasan musik misalnya, jangan lantas memaksakan anak Anda untuk bermain musik dan merangsang kecerdasan musiknya. Hal tersebut bisa membuat sang anak stres.
"Kalau kecenderungan musik dan percaya diri boleh masuk sekolah musik. Kalau tidak minat, malah akan
boring dan malah kesal. Nanti dia stres dan akhirnya mereka tidak bisa berkembang," ujar Armstrong.
Apalagi jika orang tua ingin mengembangkan semua kecerdasan anak dengan menyuruhnya mengikuti segala macam les. Mulai dari les musik, les drama, les basket, dan les-les lainnya sehingga jadwal anak begitu padat.
Hal ini bukanlah sesuatu yang bagus untuk anak dan bisa menimbulkan dampak yang lebih serius.
"Nanti anak akan mengalami hurried child syndrome. Tandanya ia akan sakit perut, gelisah, depresi, tidak mau sekolah, tensi tinggi, susah mengingat, stresnya membuat otak jadi terganggu. Membuat bagian imajinasi tidak berkembang sehingga tidak ada energi lagi bagi kecerdasan untuk berkembang," kata dia.
Armstrong mengatakan, untuk mengembangkan kecerdasan anak tanpa membuatnya stres caranya mudah.
Biarkan anak mengeksplorasi dirinya masing-masing. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan selama itu tidak membahayakan diri sendiri dan merugikan orang lain.
Tugas orang tua, kata Armstong, hanya memperhatikan dengan seksama. Jika anak mempunyai kecenderungan kecerdasan tertentu itu pasti akan terlihat.
Ketika itu terjadi, barulah orang tua bisa membantu mengarahkan. "Kuncinya adalah jangan memaksa," ujar Armstrong.
(utw/utw)