Jakarta, CNN Indonesia -- Stroke pada anak-anak jarang terjadi, tapi risiko stroke terjadi akan meningkat ketika seorang anak terserang pilek atau influenza. Dan menurut penelitian terbaru, risiko tersebut akan berkurang ketika anak sepenuhnya divaksinasi.
Berdasarkan data dari sekitar 700 anak di sembilan negara, para peneliti mengaitkan, serangan penyakit misalnya bronkitis, infeksi telinga, atau radang tenggorokan dapat meningkatkan risiko stroke sampai enam kali.
Lalu, melakukan vaksinasi hanya beberapa kali atau bahkan tidak sama sekali dapat meningkatkan risiko stroke sampai tujuh kali lipat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami selalu berusaha meningkatkan kesadaran bahwa stroke di masa anak-anak bisa terjadi,” kata pemimpin penelitian Dr. Heather J. Fullerton, profesor dari Children's Hospital San Francisco.
Stroke juga lebih mungkin terjadi pada anak-anak yang memiliki faktor risiko lain, misalnya penyakit jantung bawaan atau anemia sel sabit, kata Fullerton seperti dilansir dari laman Reuters.
Beberapa orang tua yang memiliki anak dengan kondisi kronis bertanya-tanya, apakah aman untuk memvaksinasi anak-anak mereka? Temuan studi melaporkan, vaksin sangat penting.
Orang tua harus kembali diinformasikan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi, misalnya cuci tangan dan vaksin, dapat bantu mencegah stroke, katanya. Dari mulai bayi sampai remaja usia 19 tahun, tingkat stroke di kalangan pemuda di Amerika Serikat berkisar lima dari 100 ribu anak.
Sebagai perbandingan, sekitar tiga dari 100 orang dewasa berusia 45 sampai 65 terserang stroke setiap tahun, berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Lebih dari 40 persen dari anak-anak yang mengalami stroke akan meninggal karena kondisi itu, menurut Asosiasi Stroke Amerika.
Fullerton dan rekan penulisnya menggunakan catatan medis dan wawancara orang tua dari sekitar 355 anak-anak di bawah usia 18 yang mengalami stroke. Mereka lalu membandingkannya dengan catatan dan wawancara orang tua dari 344 anak yang tidak mengalami stroke.
Setengah dari anak-anak yang mengalami stroke berusia tujuh tahun atau lebih tua. Pada kelompok stroke, 18 persen anak terserang beberapa jenis infeksi beberapa minggu sebelum stroke terjadi. Sementara, tiga persen anak di kelompok pembanding memiliki infeksi beberapa minggu sebelum wawancara studi ini.
Risiko stroke hanya meningkat untuk jangka waktu satu minggu selama infeksi. Infeksi yang terjadi di bulan sebelumnya tidak terikat dengan risiko stroke, menurut temuan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology.
“Ada kecurigaan tentang hubungan antara infeksi dan stroke,” katanya. “Tapi setiap kali hal ini diangkat, orang selalu mempertanyakan, apakah obat pilek berperan.” Menurut analisis studi, infeksi sendiri memicu stroke, bukan karena obat pilet, yang jarang digunakan oleh orang tua dalam penelitian ini.
Ketika Anda terserang infeksi, sistem kekebalan tubuh berespons, yang bermanifestasi menjadi demam, rasa nyeri, dan darah yang membeku lebih mudah, ujar Fullerton menjelaskan. Ketika stroke terjadi, bekuan darah menghalang aliran darah ke otak.
Orang tua harus didorong untuk melanjutkan praktik rutin pencegahan infeksi, termasuk jadwal vaksin anak biasa, katanya.
(win/utw)