Menengok Lokasi Kehidupan dan Kematian Basoeki Abdullah

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Minggu, 04 Okt 2015 10:30 WIB
Maestro Basoeki Abdullah ternyata mewariskan museum tempat semua orang bisa mempelajari kehidupannya, karyanya dan mengenang kematiannya.
Museum Basoeki Abdullah tidak seperti museum kebanyakan yang berarsitektur a la romawi ataupun moderen futuristik. Ia berdiri di tengah-tengah komplek perumahan Departemen Keuangan, tepatnya Jalan Keuangan Raya Nomor 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tersembunyi di tengah-tengah pemukiman elit di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan, Museum Basoeki Abdullah menjadi saksi bisu kesederhanaan sekaligus menjadi kematian pelukis langganan Bung Karno itu.

"Rumahnya Basoeki Abdullah ini diterima oleh negara pada 1998, sekaligus serah terima koleksi yang selama tiga tahun disimpan di Museum Nasional," kata Joko Marsono, kepala Museum Basoeki Abdullah kepada CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.

Museum Basoeki Abdullah tidak seperti museum kebanyakan yang berarsitektur gaya romawi ataupun moderen futuristik. Ia berdiri di tengah-tengah komplek perumahan Departemen Keuangan, tepatnya Jalan Keuangan Raya Nomor 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gedung itu tampak luar seperti rumah komplek pada umumnya. Berlantai dua, tak ada yang mencirikan seorang seniman kelas dunia tinggal di dalamnya.

Namun, ternyata Basoeki Abdullah sukses tinggal di sana tanpa diketahui lingkungannya, terkecuali tetangga kiri-kanan-dan depan, selama sepuluh tahun hingga kematiannya menghentak Indonesia 1993 silam.

Basoeki meninggal setelah melawan perampok yang membobol rumahnya pada tengah malam. Kala itu, Basoeki tengah memanjatkan doa di kamar pribadinya.

"Pencuri yang saya dengar adalah tukang kebunnya sendiri, datang menyusup untuk mencuri sebuah jam tangan. Namun ketahuan Basoeki yang memang belum tidur," kata Joko.

"Setelah terjadi kejar-kejaran, Basoeki dipukul dengan senjata miliknya sendiri oleh sang pencuri," kata Joko. "Sayang sekali hanya karena sebuah jam tangan, pelukis kebanggaan Indonesia pergi selamanya,"

Kepergian Basoeki menjadi tajuk utama saat itu. Dalam surat wasiatnya, ia menyerahkan rumah beserta sebagian koleksinya untuk negara. Pada 1998 rumahnya diberikan kepada negara, dan pada 2001 rumah itu berdiri sebagai museum dengan mempertahankan bentuk aslinya.

Dengan pengunjung yang datang sekitar lima hingga enam ribu orang setiap tahunnya, museum ini tengah berupaya menambah kapasitas berupa gedung baru untuk menampung ratusan karya dan koleksi peninggalan Basoeki yang berasal dari warisan sang maestro.

Tercatat, museum ini mengoleksi 123 lukisan karya Basoeki Abdullah, 720 buah barang seni koleksi sang pelukis, dan buku bacaan sang maestro sebanyak 3000 buah.

Menjaga ratusan benda seni itu bukan hal yang mudah. Suhu 22 hingga 24 derajat Celsius selalu diupayakan Joko untuk tetap stabil demi karya Basoeki tetap abadi.

"Bila ada karya yang rusak ringan memang cenderung didiamkan saja karena untuk restorasi butuh data yang sangat banyak dari desain dasar hingga teknik dan cara Basoeki melukis, dan data itu tidak terdokumentasikan," kata Joko.

Museum ini tengah membangun sebuah gedung berlantai empat di lahan bekas rumah penduduk di samping museum. Rencananya, gedung itu akan berisi koleksi Basoeki Abdullah yang terangkum dalam tema tertentu, sekaligus pusat kegiatan museum.

Sedangkan rumah asli akan dijadikan monumen untuk menunjukkan kepribadian dan keseharian Basoeki Abdullah.

Joko harus melakukan pendekatan tertentu kepada Darjo, sang pemilik rumah yang juga tetangga dekat Basoeki dan kini menjadi bagian perluasan museum. Joko mengisahkan rumah Darjo dapat dibeli oleh negara dengan sangat mudah karena kebaikan hati Basoeki.

Dikisahkan dari Darjo kepada Joko, Basoeki semasa hidup kerap mengajak Darjo untuk menghadiri pameran karyanya secara cuma-cuma. Basoeki pun dekat dan hangat dengan tetangganya itu.

Hingga suatu kali, Darjo yang sering dibantu oleh Basoeki diminta tolong oleh sang pelukis agar membantu sang maestro suatu kali nanti. Darjo pun mengiyakan tanpa prasangka apapun.

Namun kematian Basoeki mengagetkan Darjo. Dan Joko pun datang kepadanya dengan permohonan membeli rumah guna kebutuhan perluasan museum.

"Darjo kala itu tak banyak pertimbangan, meski anak-anaknya sempat menolak, namun ia yakin momen pembangunan museum ini adalah yang dimaksud oleh Basoeki kala itu kepadanya." kata Joko.

Rencananya, akhir tahun ini akan rampung gedung perluasan Museum Basoeki Abdullah hingga ia dapat menjadi wadah bagi para pelukis ataupun masyarakat melihat keindahan Indonesia dengan sudut pandang pelukis yang pandai merayu itu.

(end/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER