Jakarta, CNN Indonesia -- Katie Holmes aktris mantan istri Tom Cruise pernah dikecam karena membiarkan putrinya yang masih balita saat itu, Suri Cruise untuk menggunakan sepatu dengan hak tinggi.
Sementara para ahli kesehatan kaki atau podiatri mengatakan, jangankan menggunakan sepatu dengan hak tinggi. Lebih dianjurkan anak-anak dibiarkan bebas bergerak tanpa alas kaki sama sekali. Tanpa sandal atau sepatu yang lunak sekalipun.
Berjalan tanpa alas kaki buat anak-anak punya banyak manfaat. “Anak kecil cenderung untuk melangkah tegak dengan dagu dan kepala lebih terangkat saat mereka berjalan tanpa alas kaki,” kata Tracy Byrne, ahli podiatri dikutip dari Telegraph .
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Karena telapak kaki mereka langsung menyentuh tanah, artinya hanya perlu sedikit waktu untuk mereka melihat ke bawah untuk keseimbangan dan mengurangi kemungkinan mereka terjatuh.”
Membiarkan anak-anak menggunakan sepatu apapun bentuknya diyakini Byrne akan mengubah cara normal anak-anak berjalan dan perkembangan saraf tulang belakangnya.
Saat anak-anak melangkah tanpa alas kaki, otot dan ligamen kaki mereka akan jadi lebih kuat. Tak hanya itu mereka juga terlatih untuk lebih menyadari lingkungan disekitarnya. Sehingga postur tubuh secara keseluruhan juga lebih baik.
Manusia Takut pada SepatuJohn Woodward sudah menjalani hidup tanpa alas kaki sejak 25 tahun lalu. Woodward adalah seorang pelatih Teknik Alexander yang mengajarkan orang untuk tidak terlalu tergantung pada alas kaki.
“Kita telah terlalu lama menganggap penggunakan sepatu itu sebagai sesuatu yang normal dan natural,” kata Woodward.
Menurut Woodward hal ini sebenarnya tidak mengapa mengingat manusia bukan lagi sebagai makhluk pemburu utuk mendapatkan makanan. Belum lagi lingkungan urban saat ini banyak dikeliling hal-hal yang tidak alami dan berbahaya.
Namun belajar dari asal kita — sepatu dirancang untuk melindungi tumit dan bagian yang lemah, yang semestinya sifatnya hanya sementara.
Byrne, yang memiliki dua orang anak-anak juga memilih lebih banyak bergerak tanpa alas kaki menawarkan pemeriksaan bentuk kaki anak-anak. “Semakin banyak orang tua yang tahu tentang struktur kaki anak-anak, semakin kita bisa mencegah cedera anak yang berkaitan dengan penggunan alas kaki,” kata Byrne dikutip dari Telegraph .
Kerusakan apa sebenarnya yang dimaksudkan Byrne? Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di The Foot tahun 2007, dicatat ada perubahan struktur dan fungsi sebagai akibat dari bentuk sepatu yang ketat yang tak memberi kaki kesempatan untuk tumbuh dengan alami.
Woodward sepakat akan hal ini. Dia menggambarkan betapa ketakutannya orang-orang akan sepatu dari kejadian di sebuah restoran. Suatu kali saat dia mengunjungi sebuah restoran dia bertemu dengan anak perempuan kecil yang tertarik pada penampilannya.
Si gadis kecil ikut-ikutan membuka sepatunya dan kaus kakinya. Lalu ibu si anak langsung berseru, “Pakai sepatumu, kalau tidak nanti kakimu jadi melebar dan kau tak akan pernah pakai sepatu lagi.”
Padahal menurut para ahli, kaki anak yang pada saat baru lahir bukan versi miniatur kaki orang dewasa. Faktanya, yang disebut kaki pada anak baru lahir adalah massa yang berisi tulang rawan. Seiring waktu bertahun-tahun tulang rawan ini baru akan berkembang menjadi 28 tulang seperti yang dimiliki oleh kaki orang dewasa. Proses ini tak akan komplet sampai anak berusia belasan tahun.
“Sepatu anak-anak semestinya diproduksi sesuai dengan batasan kesehatan dari pemerintah,” kata Byrne. Menurutnya ini penting apalagi saat anak-anak mulai belajar berjalan, karena jika salah memilih alas kaki saja akan membuat anak jadi tak seimbang, mudah terantuk benda dan terjatuh.
Mike O’Neill, konsultan podiatris dan juru bicara Society of Chiropodist dan Podiatrist percaya bahwa banyak orang tua yang memanjakan anak mereka dengan aksesoris fesyen dan memilih sepatu karena daya tariknya semata. Bukan fungsinya dan keergonomisannya.
“Dari sudut pandang fungsional, sepatu meskinya tidak terlalu penting,” kata O’Neill seperti . “Bahkan lebih banyak sisi negatifnya dan masalahnya pada penggunaan sepatu dibanding tanpa alas kaki.”
Namun O’Neill juga tak bisa menafikan kekhawatiran orang tua jika membiarkan anak-anak begitu saja tanpa alas kaki. Mulai karena ketakutan menginjang kotoran hewan sampai kemungkinan menginjak barang-barang dari kaca yang hancur.
(utw/utw)