Tim Kuliner Indonesia 'Tergemuk' di Frankfurt Book Fair

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Senin, 05 Okt 2015 19:04 WIB
Koleksi buku Indonesia bisa dikatakan "paling kurus" di Frankfurt Book Fair. Tapi tim kuliner Nusantara justru sebaliknya.
Ilustrasi rendang (CNNIndonesia Internet/Kyle Lam/Flickr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Komite Nasional Pelaksanaan Frankfurt Book Fair (FBF) Goenawan Mohamad, beberapa waktu lalu, pernah menyatakan Indonesia mungkin Tamu Kehormatan FBF "paling kurus" dengan koleksi buku tak sebanyak negara Asia lain, macam India, China dan Jepang.

Namun di sisi lain, Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang siap disajikan di FBF di Frankfurt, Jerman, pada 13 hingga 18 Oktober mendatang. Bukan hanya dalam bentuk buku kuliner, melainkan beragam sajian masakan khas Nusantara.

"Ini adalah kebanggaan Indonesia yang belum pernah terjadi, pemerintah melalui Kemendikbud mengirim tim kuliner terbesar yang pernah ada," kata Wiliam Wongso, pakar kuliner yang turut ambil bagian dalam tim delegasi kuliner Indonesia untuk FBF 2015 di Almond Zucchini Jalan Raya Prapanca, Jakarta Selatan, pada Senin (5/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia menjadi Tamu Kehormatan dalam ajang buku tahunan terbesar dan tertua yang ada di dunia tersebut. Peluang menjadi Tamu Kehormatan tak ingin disia-siakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dengan mengusung tema 17.000 Islands of Imagination, Indonesia akan menampilkan berbagai keunggulan dan karya cipta literasi.

Salah satunya adalah kuliner yang akan terkumpul dalam tim kuliner bertemakan Spice It Up! Tim ini terdiri dari 25 chef dan culinary figure yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia seperti Sisca Soewitomo, Bondan Winarno, Bara Pattiradjawane, dan Vindex Tengker.

Selain memamerkan buku-buku berisikan kekayaan kuliner, tim ini juga memiliki kesempatan untuk menyajikan masakan Indonesia sebagai menu di kantin Frankfurt Book Fair. Diperkirakan lebih dari 2.000 porsi setiap waktu makan siang selama lima hari harus ditangani oleh tim chef Indonesia bekerja sama dengan tim chef Jerman.

Tim yang bertugas untuk mengatur makan siang untuk para pengunjung FBF yang datang dari berbagai belahan dunia itu adalah tim yang dimandori oleh William Wongso. Pakar kuliner yang sering melanglang buana itu akan mengawasi cita rasa dan penyajian masakan.

Direncanakan, menu Indonesia yang akan ditawarkan kepada dunia, antara lain asinan jakarta, gado-gado, rendang, nasi kuning, sayur kapau, nasi hijau, dan klappertaart.

"Setiap harinya, saya dan tim harus menyiapkan 200 kilogram rendang matang, dan dua ton santan selama lima hari," kata William yang akan memasak di dapur FBF seluas seribu meter persegi nantinya.

William pun berusaha keras membawa seluruh bahannya, terutama bumbu, dari Indonesia. Namun berbagai kendala menghadang, salah satunya adalah perizinan bahan yang akan dibawa. Pihak Jerman bersikukuh meminta identitas jelas 300 jenis bumbu yang dibutuhkan.

Tak mudah untuk mengganti supplier yang ada di Jerman atau Belanda, persediaan terbatas dan lagi-lagi terkendala di administrasi. Pihak Frankfurt menerapkan standar yang tinggi untuk urusan makanan.

"Untuk masalah alat tidak ada masalah, tenaga dari Indonesia sudah terbiasa dengan teknologi mereka, mudah-mudahan bumbu ini dapat lolos, atau kita suruh orang Jerman membersihkan biji-biji cabai," kata William.

Selain menyajikan buku kuliner dan menu makan siang, tim Indonesia juga memiliki kesempatan untuk unjuk gigi di bagian Gourmet Gallery FBF 2015. Di bagian ini, Bara Pattiradjawane akan membawakan dan mendemo masak makanan khas Indonesia Timur, kohu-kohu.

Kohu-kohu adalah sejenis makanan asal Maluku dengan bahan ikan cakalang yang disuwir dan dicampur dengan tauge, daun kemangi, dan lemon cui. Sajian kohu-kohu sekilas mirip urap dengan rasa yang lebih segar.

"Saya ingin menggambarkan luasnya Indonesia, terutama dari Indonesia Timur yang jarang terekspos," kata Bara. "Namun saya juga menyiapkan alternatif pengganti bahan-bahan dengan yang dapat diperoleh di sana."

Juga ada Sisca Soewitomo yang memamerkan tiga jenis bumbu yang biasa digunakan di Indonesia, bumbu putih, merah, dan kuning. Bumbu putih terdiri dari bawang putih, kemiri, dan bawang merah. Bumbu merah mengandung cabai, dan kuning mengandung kunyit.

Yang juga tak ingin dilewatkan oleh komite kuliner Indonesia adalah memanfaatkan momen storytelling. Momen tersebut adalah ketika penulis Indonesia berkesempatan menceritakan karyanya di beberapa tempat yang sudah ditetapkan.

Tim kuliner pun menyiapkan dua gerobak makanan saat tur storytelling, yaitu nasi goreng dan sate ayam. Dua gerobak ini akan ditangani oleh Chef Ragil yang terkenal melalui acara memasak dalam porsi besar.

"Nasi goreng dan sate ayam adalah dua jenis makanan Indonesia yang sudah cukup terkenal di Jerman," kata Ragil.

Salah satu bentuk lainnya adalah tim Indonesia akan mengajarkan kepada ratusan anak muda yang berminat untuk mempelajari makanan Indonesia dalam sebuah kelas pelatihan. Sejauh ini, sudah ada 900 siswa dari berbagai penjuru Eropa mendaftar dalam pelatihan ini.

Tim kuliner Indonesia dalam Frankfurt Book Fair ini yakin dan optimis dapat memopulerkan kekayaan kuliner Indonesia sebagai bentuk diplomasi kuliner, demi terangkatnya kuliner Indonesia di dunia.

(end/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER