Berumur 100 Tahun, Nenek Ajaib Tak Mau Pensiun

Utami Widowati | CNN Indonesia
Kamis, 22 Okt 2015 02:00 WIB
Di usianya yang ke-100, Femilina Rotundo masih aktif bekerja 6 hari dalam sepekan, 11 jam dalam sehari.
Ilustrasi wanita usia lanjut
Jakarta, CNN Indonesia -- Sindroma pasca-berkuasa atau post power syndrome yang biasa menyerang orang pensiun dari kerja, sepertinya tidak berpengaruh bagi Femilina Rotundo. Perempuan yang berusia 100 tahun itu, sampai saat ini masih juga aktif bekerja. 

Tak tanggung-tanggung dia melakukannya enam hari dalam sepekan dan 11 jam setiap harinya. 

Mengutip Today, Rotundo yang kini tinggal di Buffalo, New York, masih menjalankan pekerjaannya di sebuah laundromat atau jasa layanan cuci baju. Dia juga masih menganggap semua kegiatan itu normal saja. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya tak percaya pada pensiun,” kata Rotundo. “Saya percaya 65 tahun itu usia yang masih muda. Jika saya pensiun di usia 65 tahun, apa yang harus saya lakukan di usia seperti saya saat ini? Saya bakal jadi gila! Saya bekerja karena saya suka orang-orang. Saya ingin berada di sekeliling orang-orang.” 

Rotundo biasa memulai kegiatannya pada pukul 6.00 pagi dan selesai pada pukul 19.00 malam tiap Senin hingga Sabtu di College Laundry Shoppe. Dia bertugas mencuci dan melipat baju, sesuatu yang diyakininya membuatnya tetap awet muda. 

“Itulah mengapa Anda selalu punya orang yang sakit di rumah-rumah panti jompo,” kata Rotundo. “Mereka tak punya banyak hal untuk dilakukan dan pikiran mereka jadi memburuk.” 

Rotundo yang berusia 100 tahun pada Agustus tahun ini, telah bekerja selama 85 tahun diluar kegiatannya membesarkan dua orang anak bersama mendiang suaminya yang dulu berprofesi seorang bartender. 

“Pekerjaan pertama saya adalah di sebuah pabrik sepatu di Annville, Pennsylvania, ketika saya berusia 15 tahun,” kata Rotundo. “Bicara soal perbudakan dalam dunia kerja, saya dulu cuma diupah US$10 (Rp138 ribu) sepekan, tapi saya bekerja 40 jam dan tidak pernah mengeluh. Saya senang saya punya pekerjaan.” 

Saat Amerika mengalami masa Great Depression, yang punya dampak besar terhadap etika kerja, Rotundo sudah remaja belasan tahun. Dia bekerja di Buffalo sudah sekitar 40 tahun.  

“Anda harus tetap tumbuh saat masa Great Depression untuk mengetahui bagaimana rasanya menjalani masa sulit,” kata Rotundo. 

“Apa yang akan Anda lakukan? Anda harus bertahan. Itulah yang membuat Anda bisa terus tumbuh dan bekerja keras dan menghasilkan uang. Itu membuat Anda jadi lebih mandiri dan bisa mengatakan saya telah melewati masa-masa sulit," paparnya.

Rotundo tinggal hanya berjarak tiga rumah dari tempat kerjanya di laundromat saat ini. Sepanjang waktunya itu dia mencoba untuk terus sibuk. “Saya pikir berada dekat dengan banyak orang akan membuat pikiran Anda jadi terus sibuk,” katanya.

Selain itu, Rotundo juga tidak pelit berbagi ilmu agar tetap awet muda.

“Saya harus berjalan-jalan bersama anjing saya di hari Minggu karena saya tidak bekerja. Saya jarang menonton televisi kecuali untuk berita. Saya membaca koran setiap hari karena saya merasa mendapat lebih banyak dari koran," ujar dia. 

Rotundo berharap dengan energinya yang besar dan semangat yang pantang surut di usia 100 tahun, dia bisa menunjukkan pada semua orang bagaimana nilai seorang manula dalam masyarakat. 

“Saya pikir mereka biasa menjauhkan manula dan melupakan mereka,” katanya.  “Tapi bukan saya. Saya ingin tetap bekerja. Saya pikir mereka harus mempertahankan manula untuk tetap bekerja sejauh para menula ini sanggup. Jika manula dibiarkan bekerja dan hidup bebas, hal itu akan membuat mereka merasa berbeda.” (utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER