JAKARTA FASHION WEEK 2016

Saat Selebriti Merasa 'Punya Selera' Mode

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Senin, 26 Okt 2015 17:40 WIB
Selebriti selama ini selalu dikenal punya penata gaya. Namun bagaimana jadinya ketika mereka merancang baju sendiri?
Koleksi busana Luna Maya dalam Urbanasia (Dok. Femina Group/Budi Harianto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Melihat media sosial seperti Instagram beberapa waktu terakhir, semakin banyak artis ataupun pesohor negeri yang membuka bisnis lini busana secara daring. Sebut saja Ivan Gunawan dan Luna Maya.

Kedua bintang televisi ini memiliki lini modenya masing-masing, yaitu Luna Habits milik Luna Maya, dan Jajaka milik Ivan Gunawan.

Luna Habits memang sudah cukup dikenal publik dunia maya sebagai 'anak' dari artis asal Bali ini. Luna yang pernah menjadi model dan bintang iklan, menyalurkan hobinya di dunia mode melalui bisnis busana ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lini mode Luna itu menjual aneka pakaian kasual sejak April lalu. Luna menjual aneka pakaian yang ia desain dan buat sendiri. Dia pun mempromosikan bisnisnya ini lewat laman dan sosial media.

Tak lama setelah Luna Maya merilis lini modenya, Ivan Gunawan juga merilis label terbaru yang diberi nama Jajaka by Ivan Gunawan. Jajaka pada awalnya adalah tema yang digunakan Ivan dalam sebuah peragaan mode.

Koleksi ED-JEH kreasi personel Boyband SM*SH Rangga Moela (Dok. Femina Group/Budi Harianto)

"Rasanya lucu aja waktu itu mikir Jajaka untuk dijadiin label sendiri," kata Ivan ketika ditemui seusai peragaan busananya di Grazia Glitz and Glam Jakarta Fashion Week 2016 di Senayan City, baru-baru ini.

Ivan tak peduli dengan banyaknya artis berlomba-lomba merambah dunia mode yang selama ini menjadi lahan pendapatan baginya. Ia justru merasa senang banyak artis yang membuka label karena berarti sang artis, kata dia, 'punya selera.'

Salah satu tanda tidak keberatan dari Ivan adalah berada satu catwalk bersama artis-artis lainnya yang memiliki lini mode, baik yang baru terjun maupun sudah pernah mengadakan peragaan busana sebelumnya.

Ivan Gunawan bersama dengan Luna Maya, Dena Rachman, Tarra Budiman, Rangga Moela dan Tities Saputra, berbagi panggung di acara Grazia Glitz and Glam Jakarta Fashion Week 2016. Dengan membawa label masing-masing, mereka menerjemahkan mode kota-kota besar di Asia seperti Tokyo, Shanghai, Seoul, dan juga Jakarta.

Rangga Moela melalui labelnya ED-JEH menjadi yang pertama tampil dalam parade mode ini. Dengan membawa tema 'Jiyuu' yang berasal dari bahasa Jepang bermakna bebas, personel boyband SM*SH ini mengangkat street style ala Tokyo.

Meski kadang penampilannya dalam boyband itu kerap dicemooh, Rangga membuktikan dirinya cukup memiliki cita rasa khas Harajuku. Bermodalkan celana skinny, baju gombrong, tas dan sepatu berwarna monokrom, ED-JEH tampil gahar dan gaul.

Berbeda dengan Rangga yang seolah ingin membuktikan dirinya adalah pria stylish dan edgy, Tities Saputra punya selera yang berbeda.

Keunikan, keceriaan, dan imutnya gadis Seoul diwujudkan Tities Saputra dalam koleksinya dengan nama Yappeun, yang berarti cantik. Pria penggemar K-Pop ini mengerti menggambarkan kecantikan gadis korea secara berbeda, tak sama dengan artis K-Pop yang ada di televisi.

Tities banyak menggunakan warna cerah seperti oranye dan biru muda yang sanggup menyegarkan suasana. Ditambah dengan aksesori bola-bola membuat pakaian menjadi imut dan menggemaskan ala gadis-gadis Korea Selatan.

koleksi Tities Sapoetra (Dok. Femina Group/Budi Harianto)
Satu-satunya selebriti yang juga dikenal serius sebagai desainer, Ivan Gunawan hadir dengan pakaian wanita yang mayoritas menggunakan warna-warna mega seperti jingga, merah, dan hitam. Ivan menggunakan indahnya batik dalam koleksi busananya.

Mengombinasikan dua motif batik dalam satu pakaian, koleksi tema Lembayoeng ini menampilkan kesan tradisional, kontemporer, dan sensual.

Namun karena Ivan masih terbatas dalam penggunaan motif, hal itu membuat satu karya dengan karya lainnya tak memiliki beda dan cenderung monoton, meski dalam beberapa baju ia selipkan unsur Eropa seperti topi lebar.

Imajinasi Dena Rahman begitu liar terpancar dalam koleksi sepatu wanita yang ia beri nama Shanghai Scandal. Di bawah label DRAMA, Dena menggabungkan stiletto, motif oriental khas Shanghai, futuristik, dan nuansa kolonial yang tertinggal di kota ekonomi China itu.

Selusin pasang sepatu khas Dena dengan heels piramida terbalik menjadi pendorong munculnya keseksian wanita atas high heels. Dena jelas memahami bagaimana fungsi high heels meningkatkan keseksian wanita, tonjolkan jenjangnya kaki.

LMT dari Tarra Budiman awalnya datang dengan janji desain futuristik yang ia beri nama New World. Dengan baju motif bentuk garis dan simetris dalam pakaian warna monokrom, topi dan celana hip-hop terasa menjanjikan. Namun, Tarra justru menunjukkan koleksi berikutnya yang sangat polos tanpa motif ataupun sesuatu yang berbeda ketimbang pakaian anak kuliahan. Tarra murni menggunakan tema monokromotik.

Meskipun monokrom cenderung aman, namun Tarra tampaknya tak ingin keluar dari zona itu hingga menimbulkan kesan membosankan. Tarra tampaknya mengikuti jejak Kanye West dalam New York Fashion Week yang menampilkan pakaian yang 'kelewat sederhana.'

Koleksi Luna menjadi pamungkas dalam Grazia Glitz and Glam. Mengambil tema Midnight Bloom, Lena mengangkat gaya anak muda Tokyo yang biasa nongkrong di Akihabara berupa desain dengan potongan asimetris dan celana kulot.

Luna tak lupa memberikan aksen Jepang, bunga sakura, dalam koleksinya. Berlatar biru muda, bunga sakura yang tengah berkembang itu menjadi manis dan indah bak malam temaram purnama.

Penampilan artis-artis dengan label mode tersebut menunjukkan bahwa meskipun tak sering tampil di televisi, tak berarti mereka tak lagi laris. Bila mereka tak laris untuk tampil di tv, setidaknya baju mereka ada yang laris diborong oleh penggemarnya di Instagram.

"Cek insta sis..." (chs/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER