Koleksi Chossy Latu di Jakarta Fashion Week 2016 (CNNIndonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir setiap fashion show di Jakarta Fashion Week 2016, selalu saja ada wajah-wajah barat diantara model lokal. Wajahnya yang rupawan dengan kaki-kaki jenjang, terlihat sempurna dalam jepretan kamera.
Tidak banyak orang menyadari kalau keberadaan model-model asing di Indonesia, baik model catwalk, maupun model foto, ternyata pernah mengancam eksistensi model lokal.
Dominique Diyose, model top Indonesia, menjadi saksi dan mengalami sendiri betapa sulitnya menghadapi ekspansi model asing kala itu.
Model asing di catwalk Jakarta Fashion Week 2016 (CNNIndonesia/Safir Makki)
Sejak tahun 2007, model-model asing mulai merangsek masuk ke Indonesia. Seiring semakin berkembangnya era globalisasi, model asing mulai merambah pasar domestik. Kebiasaan berpatokan dengan negara Barat, akhirnya dengan mudah model asing bisa menguasai Indonesia. Hujan tawaran untuk menjadi model pun banyak dilayangkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu transisi itu sulit sekali bagi kami, terutama model lokal. Karena kan kita sudah terlalu banyak melihat tren dari luar negeri. Begitu mereka (model asing) datang ke sini, permintaan terhadap mereka pasti lebih tinggi," kata Dominique kepada CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.
Apalagi karakter fisik model-model asing itu berbeda sama sekali dengan karakteristik model lokal. Struktur tulang rahang mereka lebih bagus dan lebih mudah dibentuk dengan riasan.
Berbeda dengan struktur tulang orang Asia, kata Dominique, yang cenderung lebih muda sehingga menjadi sulit untuk dibentuk. Ditambah lagi warna kulit yang putih dan kaki jenjang. Tak heran jika model asing sempat merajai dunia fesyen di Indonesia dan membuat model-model lokal cukup terancam.
"Dulu teman-teman model sempat bilang, 'bagaimana ini kita kayak dijajah di negeri sendiri' tapi dalam kondisi yang berbeda," ujar Domi.
Untungnya, tidak seperti kebanyakan teman-temannya yang menjadi sepi tawaran. Ia masih kebagian pekerjaan meski harus menjadi minoritas di negeri sendiri. "Aku cukup beruntung karena masih tampil di banyak fashion show. Aku tidak terlalu kena imbas kehilangan pekerjaan," kata dia.
Meskipun begitu, dia tidak menampik kenyataan model lokal yang tergeser keberadaannya oleh model asing.
"Aku pernah ngerasain dari 10 model, 7 bule dan 3 diantaranya lokal. Sampai sempat berpikir sama teman-teman, ini lagi kerja di luar negeri apa di negeri sendiri ya?" tuturnya.
Untuk menjaga eksistensi, mau tak mau para model lokal harus bekerja lebih keras lagi, tidak hanya menunggu tawaran, tapi menjemput bola dengan mengikuti berbagai casting modeling. Itu salah satu cara mereka untuk bisa bersaing dengan model asing.
Tapi kini kondisinya sudah berubah. Dominique mengatakan model asing tak lagi mendominasi tapi porsi mereka lebih seimbang. Bahkan banyak desainer yang hanya menggunakan model lokal dalam fashion show mereka. Apalagi desainer yang mengangkat nilai tradisional.
"Biyan, Obin, Didi Budiardjo, masih memberikan porsi lokal lebih banyak karena menurut mereka masih lebih bagus lokal. Ada penghargaan kok di sini," ujar model berdarah Jepang ini.
Kekuatan Model Lokal
Model Indonesia, Laura Muljadi, mengenakan busana rancangan desainer Chossy Latu pada perhelatan Jakarta Fashion Week 2016. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Kini, semakin banyak pihak yang menyadari kalau menggunakan model lokal bisa menghasilkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan model asing. Salah satunya adalah koreografer fashion show, Bernard 'Unkle B'.
Laki-laki yang kerap berhadapan dengan berbagai macam karakteristik model itu mengaku lebih menyukai model lokal dibandingkan model asing. Ia membedakan dari segi keterampilan dan perilaku mereka.
"Kalau model asing tidak bisa membawakan kain. Tidak bisa disuruh ketawa-ketawa. Kalau model lokal bisa jalan goyang-goyang lucu, bisa centil, bawa kain bisa, apapun bisa. Kita menang banget di ekspresi," kata Bernard.
Tapi, dari segi fisik ia tidak memungkiri kalau model asing sedikit unggul. Kulit mereka yang bagus dengan tulang pipi tinggi dan kaki yang jenjang memberikan nilai tambah tersendiri. Namun, kembali lagi, soal ekspresi, model lokal tetap memegang kunci. Apalagi di atas catwalk.
"Untuk foto majalah, model asing memang bagus, tapi kalau fashion show aku pilih lokal," ujar Bernard. (les/les)