Jakarta, CNN Indonesia -- Entah berapa banyak selebriti, terutama wanita, yang pernah didandani Lanvin, salah satu merek fesyen terkenal dan tertua di Perancis. Sebut saja di antaranya, aktris Natalie Portman dan Meryl Streep.
Di balik nama besar Lanvin, ada sang Direktur Kreatif Alber Elbaz yang berperan besar. Namun baru-baru ini, Reuters mengabarkan, Elbaz mengundurkan diri setelah 14 tahun mengabdi. Sejauh ini, Lanvin belum memberikan penjelasan apa pun.
Namun menurut sumber bagian industri dan finansial, terjadi “tegangan tinggi” antara pemangku kepentingan di rumah mode Lanvin, mengingat penjualan dan profit Lanvin mengalami penurunan konstan tiga tahun belakangan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya, salah satu pemangku kepentingan Shaw-Lan Wang, telah menolak sejumlah tawaran bagi Lanvin sejak beberapa bulan lalu. Tawaran bernilai 400 juta euro itu diberikan oleh pemilik Valentino dan Gucci, masing-masing Mayhoola dan Kering.
“Sungguh memalukan Nona Wang malah menolak tawaran tersebut, ini sama saja Lanvin berjalan tanpa Alber, tak akan berarti apa-apa untuk saat ini,” kata si sumber, pada Rabu (28/10). Lanvin memang didukung pemangku kepentingan minoritas.
Mereka adalah investor Jerman, Ralph Bartel, yang memiliki 25 persen saham, juga Elbaz sendiri yang memiliki hampir 18 persen saham. Selama ini, Elbaz menyuntikkan nyawa baru bagi Lanvin, termasuk menyetir pengembangan merek ini.
“Jelas Elbaz dan Bartel tak puas melihat angka penjualan dan nilai investasi Lanvin yang terus menurun,” kata si sumber lagi. “Tapi menurut saya, Nona Wang memang tak berniat mendongkrak penjualan.”
Sumber menyatakan, sebelumnya Elbaz menangguk keuntungan lebih dari lima juta euro per tahun. Elbaz turut memangku kepentingan Lanvin sejak membeli saham berkat pinjaman dari Nona Wang.
Rumah busana Lanvin telah didirikan sejak 1889, dan sangat terkenal dengan rancangan busana
cocktail sutra mewah bertabur perhiasan. Lanvin berkembang menjadi merek fesyen mewah di Perancis, bersanding dengan Hermes.
Sumber menyatakan, Bartel dan Elbaz merasa Wang tak serius berinvestasi dalam bisnis ini, terutama di bagian pernak-pernik dan butik. Wang juga dinilai tak jeli menerapkan strategi. Padahal Lanvin sangat berpotensi menjadi merek fesyen terbesar.
Selama bertahun-tahun, Wang telah menjual banyak aset Lanvin, termasuk pengoperasian di Jepang meliputi bisnis parfum sampai pihak pembuat parfum Interparfums. Lanvin disebut-sebut membutuhkan 100 juta euro untuk mengembangkan bisnis ke level berikut.
Sebagaimana disampaikan “orang dalam” Lanvin, keuntungan rumah fesyen ini terus menurun sejak 2014 lalu, dari 13,9 juta euro menjadi 3,3 juta euro. Setahun sebelumnya, labanya juga turun dari 235,1 juta euro menjadi 206 juta euro.
Sejauh ini, baik Wang, maupun Mayhoola dan Kering menolak berkomentar.
(vga/vga)