JAKARTA FASHION WEEK 2016

Kisah Kain Tua Di Panggung Didi Budiardjo

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Kamis, 29 Okt 2015 12:35 WIB
Desainer Didi Budiardjo menggunakan kain tenun tua, berusia 80 tahun, di koleksi terbarunya yang dipertunjukkan di Jakarta Fashion Week 2016.
Koleksi Didi Budiardjo di Jakarta Fashion Week 2016 (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Inspirasi memang bisa datang dari mana saja. Dengan kreativitas tinggi, sebuah hal kecil saja bisa menjadi inspirasi untuk menciptakan karya besar.  Seperti yang dilakukan oleh desainer Didi Budiardjo.

Mengisi pekan mode Jakarta Fashion Week 2016, fashion show Didi yang didukung oleh sebuah produk cat, menciptakan 24 busana yang terinspirasi dari warna. 
 Bagi Didi, tren fesyen yang ada saat ini juga tak lepas dari pengaruh tren warna. Keduanya saling berkesinambungan satu sama lain.  

Didi mengambil empat tema warna untuk fashion show dia kali ini. Ada linen, velvet, marble, dan metalic. Untuk memperkuat inspirasinya, ia juga mengambil inspirasi dari beberapa lukisan yang pernah ia lihat.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inspirasi dalam koleksi saya sebut women in paintings, wanita dalam lukisan. Karena lukisan juga dimulai dari warna," kata Didi dalam jumpa persnya usai fashion show di Jakarta Fashion Week 2016, Rabu (28/10) malam.  

Potongan foto berbagai lukisan itu ia gabungkan di sebuah bingkai yang ia sebut moodboard. Di dalamnya ada berbagai karakter perempuan dalam berbagai nuansa dan tekstur. "Semua teksturnya berbeda," ujar Didi.  

Di awal pertunjukkan busananya, Didi membukanya dengan menampilkan baju-baju bernuansa alami dengan motif-motif bunga. Ada motif berukuran besar dan kecil yang diterapkan dalam konsep linen itu. Ia menerapkan motif itu dalam gaun panjang dan juga ball gown yang diantaranya memiliki panjang sampai menyeret lantai. Sebuah ball gown tanpa lengan berwarna putih dengan motif daun dan bunga yang hampir memenuhi bagian rok, tampil begitu sederhana namun tetap cantik dan elegan.  

Pada bagian kedua, Didi menampilkan karya yang berbeda lagi. Masih menggunakan model busana long dress, Didi lebih bermain dengan pola. Ia menggunakan bahan velvet serta devore dan menampilkan kesan lebih gelap dibandingkan busana sebelumnya. Namun tetap terlihat anggun dan elegan.  Selanjutnya, Didi kembali bermain dengan warna.

Menggunakan konsep marmer, ia justru menghadirkan efek yang bertentangan dengan sifat material yang kaku dan keras. Dia justru menitikberatkan pada pola marmer yang beralur dan mengalir.
 Ia merefleksikan marmer dengan efek bercak-bercak cat air berbagai bentuk ukuran.

Pada beberapa tampilan gaun-gaun tanpa lengan dan off shoulder buatannya terlihat seperti kanvas dengan lukisan abstrak yang indah dan memiliki perpaduan warna yang pas. 
Untuk membuat kesan yang bertentangan dengan marmer, Didi menggunakan bahan yang chiffon yang melayang-layang,untuk membentuk siluet mengalir.  

Terakhir, dengan konsep metalik, Didi menampilkan busana dengan gaya yang berbeda. Kalau sebelumnya dia lebih banyak menampilkan long dress, sebagai finale ia menampikan terusan dengan panjang selutut, setelan celana, dan sebuah ball gown sebagai penutup yang dibawakan oleh Nadya Hutagalung.  
Koleksi Didi Budiardjo di Jakarta Fashion Week 2016 (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Kesan elegan namun tetap mewah terlihat dari pemilihan warna metalik untuk busananya. Didi tidak bermain motif di sini, lebih kepada model baju saja.  Istimewanya, ia menyelipkan koleksi kain kunonya pada beberapa busana terakhir. Didi mengaplikasikan kain-kain itu sebagai kantong-kantong untuk mempercantik dan menambah kesan mewah dalam busananya.  

"Kantong itu terbuat dari bahan sulaman antik dari Palembang yang usianya 80 tahunan," ujar Didi.  

Kain itu merupakan koleksi Didi sejak lama. Ketika ia membuat koleksi untuk Jakarta Fashion Week tahun ini, tiba-tiba ia teringat akan koleksi itu dan terinspirasi untuk memakainya sebagai elemen penunjang.  Butuh kehati-hatian untuk mengaplikasikan kain tua itu pada busana modern Didi. Sebab, sulamannya terbuat dari benang emas asli dan ada aplikasi pecahan cermin yang sudah mulai hancur.  

Untuk busana penutup yang dikenalan Nadya Hutagalung, meski modelnya sederhana, namun ternyata busana itu juga dibuat khusus. Busana Nadya terbuat dari bahan fil-coupe yang ditenun secara khusus sehingga membuat bentuk dan motif tertentu.  (les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER