Cara Mengetahui Apakah Anda Pengidap Nomofobia

Utami Widowati | CNN Indonesia
Selasa, 03 Nov 2015 06:48 WIB
Nomofobia adalah ketakutan tidak bisa mengunakan gadget. Coba cek diri sendiri, bisa jadi Anda juga terserang fobia ini.
Ilustrasi gadget. (thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nomofobia bisa jadi mulai tren beberapa tahun terakhir ini. Tak ada salahnya Anda memeriksa diri sendiri, jangan-jangan Anda mulai terserang hal ini.

Nomofobia adalah ketakutan tidak bisa mengunakan gadget. Maka tak heran pengidapnya seringkali merasa harus membawa charger, merasa cemas baterai akan segera habis, bolak-balik mengecek pesan di ponsel dan bahkan tidur dengan ponsel berada dalam jangkauan tangan.

Pada tahun 2008 tak lama setelah iPhone diluncurkan Patrick O'Neill mulai menemukan keanehan pada teman-temannya. Saat makan malam dia sampai harus meminta teman-temannya untuk meletakkan ponsel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilansir Huffington Post, O'Neill bekerja sebagai juru bicara kantor pos Inggris saat itu. Dia mengusulkan kantor pos untuk membuat survei tentang bagaimana perasaan manusia terhadap ponsel. Saat itu ditemukan bahwa hampir separuh warga Inggris menyatakan ketakutan jika harus hidup tanpa ponsel. O'Neill menyebut mereka sebagai nomofobia atau ketakutan tanpa perangkat mobile.

"Orang bahkan pergi ke toilet sebari membawa ponsel. Itu mengerikan buat saya, " kata O'Neill.

Sejak saat itu O'Neill menjadi semacam aktivis yang memasyarakatkan kesadaran tentang nomofobia di waktu luangnya. Dia juga membuat website dan akun Twitter untuk saling berkomunikasi tentang masalah ini.

"Jika ada seseorang mengatakan pada Anda untuk meletakkan ponsel di pekan lalu, besar kemungkinan Anda pengidap nomofobia," kata O'Neill.

"Jika lebih dari satu orang yang mengatakan hal yang sama, dipastikan Anda pengidap nomofobia. Buat saya itu wajar saja."

Pada 2008 nomofobia adalah istilah cerdas untuk menggambarkan peningkatan pengaruh teknologi dalam hidup kita. Sejak itu para peneliti mulai berpikir jangan-jangan kondisi nomofobia memang benar nyata.

Tahun lalu sepasang peneliti dari Italia membuat sebuah kasus untuk memasukkan nomofobia ke Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, semacam kitab sucinya para psikiatri

"Nomofobia berbeda dengan kecanduan ponsel pintar atau kecanduan cyber lainnya," kata salah satu peneliti, Nicola Bragazzi dari University of Genoa.

"Teknologi semakin  bisa menembus ke mana-mana. Domain teknopati membuat peneliti semakin tertarik untuk meneliti."

Bragazzi saat ini bekerja di Iowa State University , Amerika Serikat untuk meneliti bagaimana cara mendiagnosis nomofobia. Dia mengatakan gejala nomofobia termasuk di antaranya adalah selalu membawa charger, merasa cemas membayangkan kehabisan baterai atau tak mendapat sinyal, bolak balik mengecek ponsel, tidur dengan ponsel dalam jangkauan, dan merasa cemas saat harus bertatap muka saat berkomunikasi.

Awal tahun ini, universitas tempat Bragazzi mengeluarkan kuis untuk membantu orang bagaimana mendiagnosis nomofobia.

Peserta harus menjawab pertanyaan yang mengindikasikan secara luas apakah mereka setuju dengan pertanyaan seperti, "Saya merasa tak nyaman tanpa akses konstan untuk informasi dari ponsel saya."

Atau pernyataan seperti, "Saya tak nyaman jika kehabisan pulsa dan quota internet saya menuju limitnya."

Penelitian lain dari University of Missouri yang dipublikasikan Januari lalu, menemukan bahwa ketakutan  hidup tanpa ponsel bisa memicu masalah psikologi yang serius dan ada dampak psikologisnya.

Para peneliti meminta pengguna iPhone untuk mengerjakan puzzle di komputer, dan peneliti mengatakan pada mereka bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menguji alat tekanan darah wireless yang diikatkan ditangan.

Peserta studi diminta untuk mengerjakan puzzle dengan ponsel berada dekat mereka. Bagian studi kedua ponsel mereka diambil dengan alasan bluetooth ponsel memengaruhi kerja alat tekanan darah.

Hasilnya pada bagian kedua tanpa ponsel peserta studi mengalami  peningkatan kecemasan, detak jantung dan tekanan darah dan lebih buruk performanya dalam mengerjakan teka teki.

"iPhone bisa menjadi perpanjangan diri kita. Saat kita berpisah dengan ponsel kita merasa diri tak berguna dan kita berada dalam kondisi psikologi yang negatif," kata pimpinan penelitian, Russell Clayton .

Namun Bragazzi menekankan masih perlu banyak penelitian lain untuk mendalami nomofobia. Hanya saja sembari menunggu hasil penelitian kita harus sadar bahwa keterikatan masyarakat kini pada ponsel semakin meningkat, bukan hanya soal sopan santun di meja makan lagi. Tapi juga karena berbagai konsekuensi negatif nomofobia. (utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER