Jakarta, CNN Indonesia -- Biasanya pengobatan diabetes dilakukan dengan terapi farmakologi melalui pemberian serangkaian obat ataupun suntik insulin, namun guna pengobatan lebih terpadu, pasien diabetes dinilai perlu melakukan manajemen swadaya diebetes mellitus.Alasannya karena pengobatan diabetes dengan metoda lama dianggap stagnan.
"Hasil pengobatan diabetes di negara manapun sejauh ini belum menunjukkan hasil yang optimal dengan metode yang lama," kata Wismandari Wisnu, spesialis penyakit dalam ketika memberi seminar diabetes di JW Marriot Kuningan, Jakarta, belum lama ini."Kebiasaan juga, orang baru datang ke dokter ketika sudah ada penyakitnya, hingga pencegahan primer tidak dapat dilakukan. Kalau diobati pada kondisi komplikasi, biayanya sangat besar," katanya.
Wismandari mengakui, dengan keadaan pasien datang sudah dalam taraf menderita diabetes, kadang dokter ataupun tenaga medis pun kewalahan dalam memberikan penanganan. Terlebih dengan adanya kontrol yang minim dari penderita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam menangani penyakit diabetes, yang paling penting menurut dia adalah perawatan rutin dalam pengendalian gula darah diabetesi, yang sudah tidak stabil karena rusaknya fungsi insulin pada tubuh.
Program yang diberi nama diabetes self management ini menempatkan dokter dan pasien dalam posisi rekan bersama dalam penanganan diabetes. Dokter sebagai pemberi edukasi yang mendorong pasien menentukan pilihan pelaksanaan medis, dan pasien yang mendukung edukasi dokter terlaksana dengan baik."Dengan terciptanya sistem ini, harapannya pasien dapat ikut memecahkan masalah, lebih dapat peduli, dan bekerja sama guna tercapainya perbaikan klinis," kata Wismandari.
Dalam pelaksanaannya, sistem ini menggunakan beberapa kegiatan yang mendukung pengendalian gula darah. Kegiatan tersebut adalah edukasi, diet, aktifitas fisik, terapi farmakologi, dan pemantauan.
Edukasi dilakukan oleh dokter kepada pasiennya setiap kali diabetesi datang untuk kontrol. Dokter wajib memberikan masukan mengenai nutrisi, dan pengetahuan yang harus pasien pahami.
Selanjutnya, Wismandari mengatakan kunci utama dari pengobatan diabetes adalah disiplin dan kemauan menahan diri.
"Banyak yang bilang orang diabet harus diet tertentu dan tidak dapat makan seperti orang lain, padahal sesungguhnya sama saja diet orang diabetes dengan yang biasanya. Asal, semuanya tertakar, tidak berlebih," kata Wismandari.
Latihan fisik menjadi sebuah kewajiban bagi penderita diabetes. Dengan syarat tidak absen selama dua hari berturut-turut, penderita diabetes dapat menjaga gula darahnya. Tentu syarat lain adalah tidak beraktifitas fisik yang berat serta dilakukan dengan intensitas sedang.
Terapi farmakologi juga menjadi hal yang penting dalam penanganan diabetes secara holistik. Dengan resep yang sudah diberikan oleh dokter, para pasien diabetes harus mengendalikan gula darah dengan dosis dan anjuran dokter secara disiplin.Penggunaan obat-obatan dalam penanganan dibetes pun membutuhkan pemantauan level gula darah secara rutin.
Pasien diabetes dapat mengontrol gula darahnya secara mandiri dengan alat pengecek gula darah yang sudah banyak dijual di berbagai apotek."Saya kalau menyuruh kontrol pasien saya tidak telalu sering, setiap tiga bulan sekali. Saya minta pasien saya untuk mengecek secara rutin sendiri karena saya ingin mereka juga mandiri, tapi tentu saya ikut mendampingi secara tidak langsung," katanya.
Biasanya, pengecekan darah berdasarkan rentang waktu tertentu yang sudah disepakati oleh dokter dan pasien lalu mencatatnya. Kemudian, catatan itu dibawa ke dokter saat kontrol guna melihat perkembangan pasien.
Namun penggunaan pengecekan gula darah juga harus dilakukan dengan bijak. Kadangkala, pasien menjadi begitu khawatir dengan kondisi gula darahnya hingga terlalu sering cek gula darah dengan alatnya sendiri. Kondisi psikologis tersebut tidaklah baik karena penderita diabetes mudah stres, yang justru memperparah kondisinya.
"Yang dimaksud dengan pasien di sini bukan hanya yang menderita, tetapi juga rombongan keluarganya juga wajib punya pemahaman yang sama dengan dokter untuk ikut mendorong edukasi kepada pasien," kata dia.
Selain itu, Wismandari juga mengingatkan penanganan diabetes bersifat individualis. "Artinya, satu pasien dengan pasien yang lain tidak dapat dibandingkan atau mendapat perlakuan yang sama karena tergantung kondisi masing-masing pasien."(les/les)