Victoria's Secret Runway Show (Dimitrios Kambouris/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pekan ini, dunia mode kembali disemarakkan dengan pergelaran busana paling seksi sejagat, Victoria’s Secret Runway Show. Bagaimana tidak, sebanyak 44 model cantik, 15 diantaranya bergelar Victoria’s Secret Angels atau para bidadari, berlenggok di atas catwalk, hanya berbalut busana minim dihiasi sayap-sayap lebar.
Namun, tahu kah Anda, dibalik glamor nama dan pertunjukkan Victoria’s Secret, terdapat sebuah kisah sedih.
Kisah itu milik seorang pria bernama Roy Raymond.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir laman Elite Readers, Pada tahun 1970, Raymond berjalan masuk ke sebuah department store. Niatnya mulia. Memberikan kado pakaian dalam bagi sang istri. Sayangnya, itu jadi pengalaman yang tidak menyenangkan bagi Raymond. Dia tidak menemukan lingerie cantik yang dia cari. Lebih parah, dia diperlakukan bagai orang mesum oleh para pramuniaga.
Untunglah, Raymond bukan orang yang mudah trauma. Justru pengalaman buruk itu melahirkan ide brilian. Dia juga menyadari banyak pria lain yang punya pengalaman serupa.Berangkat dari situ, Raymond menciptakan sebuah brand yang kini menjadi label pakaian dalam paling populer sedunia: Victoria’s Secret.
Ide Raymond sederhana. Dia ingin menciptakan sebuah butik pakaian dalam wanita dimana pria bisa berbelanja dengan nyaman bagi pasangan mereka.
Itu juga merupakan saat kebangkitan bagi pakaian dalam, dan celah bagi Victoria’s Secret yang menghadirkan nafas baru, pakaian dalam seksi yang menciptakan fantasi.
Asal muasal nama Victoria’s Secret pun unik. Raymond merujuk Victoria dari era Victoria, era dimana sensualitas wanita dirayakan dengan cara yang elegan.
Ide Raymond terbukti revolusioner. Di tahun pertamanya, Victoria’s Secret meraup untung hingga US$500 ribu. Di tahun kelimanya, Victoria’s Secret berhasil membuka tiga butik baru di San Francisco. Perusahaan pakaian dalam itu pun meneguk pundi-pundi hingga US$4 juta per tahun.
Tapi, di balik gelimang kesuksesan dan banjir keuntungan, Victoria’s Secret sebenarnya berjalan lurus menuju kebangkrutan.Itu terjadi karena ada kesalahan dalam ‘formula’ bisnis Raymond. Sejak awal, Victoria’s Secret hanya menargetkan konsumen pria. Hal itu justru membatasi perkembangan bisnis VS, karena wanita, yang seharusnya jadi target utama justru tidak terpenuhi kebutuhannya. Para wanita segan memasuki butik VS, sama seperti Raymond yang segan mendatangi toko pakaian dalam wanita.
Imbasnya, perusahaan yang sebelumnya meraih sukses itu perlahan bangkrut.
Di saat itu lah Leslie Wexner datang. Dia melihat kesalahan Raymond dan memperbaiki kesalahan itu dengan membeli Victoria’s Secret seharga US$ 1 juta pada tahun 1982.
Di tangan Wexner, VS mencapai masa jaya. Kini, perusahaan pakaian dalam kenamaan itu bernilai lebih dari US$6,12 miliar dan punya lebih dari 1000 butik di seluruh Amerika Serikat dan 19 flagship store di berbagai negara.
Namun, tidak demikian dengan nasib Raymond. Sang pendiri justru punya akhir yang tragis.
Usai perusahaannya berpindah tangan, dia membuat rietl baru bernama Child’s Destiny yang menjual koleksi busana anak-anak mewah. Sayangnya, perusahaan itu bangkrut pada 1986.Tidak berapa lama, Raymond pun bercerai dari istrinya. Kemudian pada tahun 1993, Raymond memutuskan bunuh diri dengan melompat dari jembatan Golden Gate di San Francisco. (les)