Perempuan Dianggap Tak Mampu Jadi Peneliti

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Kamis, 03 Des 2015 15:30 WIB
Survei opini L'Oreal Foundation pada 2015 di Eropa menyebutkan 67 persen orang menilai perempuan tidak memiliki keahlian sebagai peneliti ulung.
Ilustrasi peneliti wanita. (REUTERS/Gilead Sciences Inc)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berdasarkan survei opini yang dilakukan oleh L'Oreal Foundation pada 2015 di Eropa, sebanyak 67 persen orang menilai perempuan tidak memiliki keahlian yang cukup untuk menjadi seorang peneliti ulung. Akibatnya, sains dipandang sebagai sesuatu yang tidak menarik dan jumlah peneliti perempuan pun semakin sedikit.

Padahal sejauh ini sains masih membutuhkan banyak kontribusi, termasuk kontribusi dari perempuan, untuk mendukung kehidupan. Sebab, sains melahirkan banyak inovasi baru yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Fenomena kurangnya peneliti perempuan ini juga terjadi di Indonesia. Menteri Pendidikan Anies Baswedan mengatakan, dari total 22.950 peneliti di Indonesia, hanya terdapat kurang lebih 11 ribu perempuan. Jumlah ini tentu masih jauh dibandingkan dengan kebutuhan penelitian yang harus dilakukan untuk Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman mengakui minat perempuan untuk menjadi peneliti memang sangat sedikit. Hal ini disebabkan profesi menjadi peneliti tidak menawarkan janji-janji manis seperti profesi lainnya, utamanya soal gaji.

"Saya pikir yang paling gampang untuk menarik mereka dengan membuat gaji peneliti tiga sampai empat kali lipat dari menteri supaya profesi itu akan dikejar anak muda, kalau profesi itu mempunyai janji yang mapan untuk mereka nanti," kata Arief saat ditemui usai acara L'Oreal For Women in Science, Kamis (3/12).

Dia mengatakan, di beberapa negara, gaji peneliti memang 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan menteri. Negara tersebut antara lain Korea Selatan, Jepang, dan Singapura.

Namun, jangankan untuk jadi peneliti, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mencatat, perempuan Indonesia masih sedikit yang tertarik meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Arief mengatakan hanya 7 persen perempuan lulusan S1 yang meneruskan jenjang S2, dan hanya 3 persen lulusan S2 yang menempuh program doktoral.

Pada 2014 saja, hanya ada 239.339 mahasiswi yang meraih gelar S1 dan 18.560 mahasiswi yang meraih gelar S2 di tahun 2014. Dari angka itu, hanya 516 mahasiswi yang tergerak untuk menempuh gelar doktoral. Artinya hanya ada 0,2 persen mahasiswi S2 yang melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Salah satu peneliti perempuan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga peneliti dari Osaka University Sastia Prama Putri mengatakan, sebenarnya menjadi peneliti perempuan tidaklah sesuram yang dibayangkan orang. Yang paling Sastia sukai adalah ketika ia bisa berkeliling dunia karena pekerjaannya sebagai peneliti.

"Dunia penelitian itu sangat dinamis. Buktinya masih bisa jalan-jalan ke luar negeri," ujar Sastia. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER