Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya 600 juta orang, atau satu dari 10 orang di seluruh dunia, jatuh sakit karena kontaminasi makanan setiap tahun. Dari data tersebut, 420 ribu jiwa diantaranya meninggal, termasuk 125 ribu anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Laporan tersebut dirilis WHO guna mencegah penyakit dan kematian dari makanan. WHO menyerukan kepada pemerintah dan industri untuk meningkatkan inspeksi dan kontrol rantai makanan, mulai dari ladang dan peternakan sampai ke pabrik dan berakhir di piring konsumen.
Makanan tercemar bisa disebabkan oleh bakteri seperti salmonella, virus, parasit, racun, dan bahan kimia. WHO mengatakan sebagian besar bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit jangka panjang, misalnya kanker, gagal ginjal, gagal hati, gangguan otak, epilepsi, dan arthritis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Data yang kami terbitkan hanya perkiraan yang sangat konservatif. Kami yakin angka yang sebenarnya lebih besar,” kata Direktur Keamanan Pangan WHO, Kazuaki Miyagishima, seperti dilaporkan oleh
Independent.
Sebagian dari masalah ini berasal dari perdagangan global makanan, kata Miyagishima.
“Jika ada satu negara yang keamanan pangannya lemah, dan negara ini mengekspor makanan ke negara-negara lain, ini akan menjadi mata rantai terlemah dalam seluruh sistem produksi pangan,” terangnya.
Tercemarnya makanan juga bisa berasal dari rantai makanan lain, misalnya pedagang makanan kaki lima, yang juga menjadi masalah di banyak negara.
“Lebih baik berinvestasi dengan melatih dan mendidik PKL daripada menghukum mereka,” kata pakar dari Universitas Florida Arie Hendrik Havelaar. “Itu bisa menjadi strategi penting untuk meningkatkan keamanan pangan.”
Jumlah tertinggi kasus dan kematian dialami orang-orang miskin di negara berkembang, tapi Amerika Serikat dan Eropa juga mengalami wabah mematikan ini.
“Hasil penelitian kami menunjukkan beban terbesar terjadi di Afrika dan di Asia Tenggara di mana angka kematian adalah yang tertinggi, termasuk anak-anak di bawah usia lima tahun,” kata Haveelar, pemimpin studi.
Anak-anak sangat rentan dengan penyakit diare yang disebabkan konsumsi daging kurang matang, atau mengasup produk makanan yang mudah terkotaminasi, seperti susu, telur dan makanan yang kurang bersih.
Di Afrika, sebagian besar kematian disebabkan oleh salmonella, cacing pita babi, sianida dalam singkon dan aflatoksin (bahan kimia yang dihasilkan oleh jamur yang tumbuh pada biji-bijian), atau jagung yang disimpan tidak benar.
WHO mengatakan, pemerintah harus berinvestasi lebih besar dalam melatih produsen serta pemasok makanan, dan masyarakat.
(win/les)