Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Barat melantik lima anggota baru di acara tahunan
Fashion Tendance yang digelar di Intercontinental Hotel & Resort Dago, Bandung, Jawa Barat.
Kelima anggota baru itu adalah Qonita Gholib, Errin Ugaru, Lia Soraya, Rya Baraba, dan Rosi Marselina. Dengan bertambahnya lima desainer tersebut, saat ini anggota APPMI Jawa Barat berjumlah 40 orang.
"Kami sangat senang menyambut anggota baru ke APPMI, terlebih anggota baru ini tidak hanya dari Bandung saja, tapi juga dari Purwakarta dan daerah lainnya," kata Ketua APPMI Jawa Barat Harry Ibrahim kepada CNNIndonesia.com di Bandung, Kamis petang (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Harry penambahan anggota baru tersebut semakin memperkokoh APPMI sebagai wadah talenta mode.
Adapun Harry menambahkan, terdapat beberapa syarat untuk menjadi anggota asosiasi mode terbesar di Indonesia tersebut.
"Mengacu pada AD/ART organisasi, menjadi anggota baru APPMI syaratnya sudah menjadi desainer atau pengusaha mode minimal dua tahun dan punya karyawan antara 5-20 orang, dalam artian usahanya sudah bentuk UKM (Usaha Kecil Menengah-red), dan membayar biaya pendaftaran," ujar dia.
Harry melanjutkan, sebenarnya terdapat aturan lain yang menyebut bahwa desainer APPMI juga haruslah alumnus sekolah mode. Namun dia tidak menampik bahwa masih banyak desainer Indonesia yang piawai berkat otodidak.
"Mereka juga ingin kami rangkul, berada di satu wadah yang sama dan sama-sama belajar, maju bersama," tutur desainer yang juga lahir secara otodidak itu.
Kehadiran lima anggota baru di tubuh APPMI Jawa Barat, diharapkan Harry bisa semakin membawa Bandung sebagai pusat mode di Indonesia.
"Apalagi kan di Bandung banyak pabrik tekstil dan garmen. Itu kekuatan Bandung. Bagaimana menjadikan tekstil dan garmen itu lebih
fashionable, punya nilai lebih dan disukai konsumen. Disitu desainer berperan," ujar dia.
Terlebih, keuntungan lainnya, Bandung dekat dengan Jakarta yang merupakan kiblat mode Indonesia. "Transfer tren lebih cepat terjadi, ditambah dengan media sosial, membuat masyarakat Bandung lebih cepat sadar mode," terang Harry.
Berbicara tren, Harry mengatakan asosiasi punya peran penting. Melalui asosiasi, tren akan disosialisasikan kepada para desainer, yang kemudian diterjemahkan menggunakan bahasa masing-masing perancang mode, sehingga terdapat variasi yang bisa memuaskan konsumen. Bukan hanya konsumen lokal, tapi juga regional dan bahkan internasional.
Itulah juga mengapa acara tahunan seperti
Fashion Tendance harus rutin diadakan. Tujuannya sebagai evaluasi bagi para desainer. "Bagaimana masyarakat menilai koleksi mereka (para desainer) di atas panggung, suka atau tidak, laku atau tidak. Bisa dibilang ini semacam ujian buat desainer," ungkapnya.
Tahun ini, APPMI Jawa Barat mengangkat tema
Permanation, yang merupakan kependekan dari
Permanent Nation. Hal itu mengacu pada eksistensi desainer. "Bahwa desainer harus bisa bikin sesuatu yang long lasting, permanen. Supaya tetap eksis," kata dia.
Fashion Tendance APPMI Jawa Barat 2016 menghadirkan 24 perancang dan masing-masing menyuguhkan 8 rancangan yang menjadi garis tren tahun mendatang.
(les/les)