Cerita Unik Dari Para Penggila Belanja Online

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Jumat, 11 Des 2015 18:21 WIB
Di ‘supermarket’ online, semua ada, dari alat pemancung hidung hingga cimol beku. Tapi berbelanja online pun punya kerugian tersendiri, seperti apa?
Ilustrasi belanja online. (Thinkstock/Digital Vision)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kemudahan yang ditawarkan dengan belanja online telah membuat banyak masyarakat, khususnya perempuan, gandrung. Hanya dengan menggunakan ponsel pintar atau laptop, dari atas tempat tidur pun barang yang diinginkan, bisa dengan mudah sampai di tangan. Tidak perlu pergi ke toko atau ke mal dan antre menunggu giliran membayar.

Eka Mutri adalah satu dari sekian banyak perempuan modern yang mengaku ketagihan belanja online. Sejak 2012, ia mulai mencoba berbelanja secara virtual.

Barang yang pertama kali dibelinya adalah wedges yang dijual di sebuah toko online ternama. Dari situlah Eka memulai pengalamannya membeli barang yang ia tak tahu wujud aslinya, dan harus menunggu sekian lama untuk menerima barang setelah dibayarkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selepas pengalaman pertamanya yang terbilang sukses, sampai saat ini perempuan berusia 23 tahun itu pun masih gemar belanja online. Biasanya Eka belanja online dua kali dalam satu minggu. Tapi, sejak ia menjadi karyawan swasta di salah satu perusahaan di Jakarta, ia mulai membatasi diri. Minimal satu bulan tiga kali belanja.

Tiga tahun belanja online dengan intensitas yang cukup sering, tak heran memberikan Eka berbagai pengalaman. Mulai dari yang menyenangkan sampai menyebalkan pun pernah ia rasakan.

"Yang menyenangkan waktu itu habis belanja online dikasih voucher buat belanja lagi. Itu asyik," kata Eka kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

"Yang menyebalkan, pas belanja di Instagram tidak sesuai ekspektasi. Beli cape blazer waktu itu bahannya terlalu tipis. Saya pikir bahannya tebal kayak yang dideskripsikan di online shop-nya," ujarnya.

Ketika itu menurut Eka, ada persepsi ketebalan yang berbeda antara penjual dengan dirinya. Namun, meski tidak sesuai keinginannya, Eka tidak mau menukar barang yang telah ia beli. Eka terlanjur malas karena harga pun tak seberapa. Selain baju dan sepatu, Eka juga tergoda membeli barang-barang yang terbilang tak biasa yang sering ditawarkan toko online. Ia mengaku pernah membeli alat pemancung hidung.

Alasan Eka membeli alat pemancung itu sebenarnya bukan karena ia membutuhkannya, tapi lebih karena rasa penasaran akan fungsi alat tersebut.

"Ternyata tidak berpengaruh kayaknya. Hidung saya juga masih pesek," kata Eka diakhiri tawa.

Berbeda dengan Eka, penggemar toko online lainnya, Audy Amalia, membeli barang yang lebih beragam. Bisa dibilang, Audy gemar bereksperimen dengan toko online yang pernah ia temui. Selain baju, Audy mengaku suka membeli makanan, pajangan, sampai alat-alat untuk berolah raga. Dalam sebulan Audy bisa bertransaksi empat kali, namun tetap melihat isi dompet.

Audy juga punya pengalaman menarik yang tidak pernah ia lupakan ketika berbelanja online. Waktu itu sedang marak penjualan cimol beku dan ia pun mencoba-coba membelinya. Setelah memesan di sebuah toko online di Instagram, Audy pun menunggu barang yang sudah ia pesan. Ternyata, ketika pesanannya sampai, Audy harus menelan sedikit kekesalannya.

"Waktu itu pesan cimol online. COD (Cash On Delivery) dikirim ke tempat kost, ternyata bumbunya ketinggalan di kurir. Jadi cimolnya baru bisa dimakan besoknya," kata perempuan yang sudah mencoba belanja online sejak 2010 lalu.

Tak cuma sekali pil pahit juga harus ditelan Audy ketika berbelanja online. Kendati bukan penipuan tapi Audy cukup kesal saat itu.

Pernah beberapa waktu lalu, Audy membeli beberapa barang dalam satu pengiriman. Ketika pesanan sampai di tangannya, ternyata pesanannya tidak sesuai dengan permintaan Audy. Pihak penjual seenaknya mengganti warna barang yang Audy pilih karena stok warna yang Audy inginkan telah habis.

"Mereka tidak konfirmasi dulu, main ganti saja. Pas saya hubungi orangnya, katanya kesalahan karyawan, terus suruh dikembalikan tapi saya yang menanggung ongkos kirimnya," ujar Audy.

Audy tidak menyukai cara toko online tersebut memperlakukan ia dan pesanannya. Akhirnya toko online itu pun berjanji akan mengembalikan uang milik Audy dengan syarat semua barang juga dikembalikan. Ketika uangnya sudah diterima, Audy tidak mengembalikan seluruh barangnya. Ia tetap membeli barang-barang yang sesuai dengan keinginannya.

"Akhirnya saya kirim barang itu dengan catatan barang-barang yang tetap saya mau, saya bayar. Dan uangnya saya packing bersama barang yang salah order."

Berbeda lagi dengan kisah yang dialami Tristy Widarani.

Perempuan yang bekerja di perusahaan periklanan asing ini mengaku pernah untung gara-gara belanja online. Saat itu Tristy membeli DVD dari sebuah toko online yang ada di Facebook. Ia memesan DVD film Korea yang ia sukai.

"Pernah beli DVD Korea tapi salah ngasih, tidak sesuai orderan. Judulnya beda sama yang dipesan, cuma aku diam saja karena yang dia salah kasih, filmnya lebih bagus," kata Tristy.

Perempuan berumur 23 tahun itu memang sering berbelanja online. Tapi, ia lebih suka berbelanja kebutuhan sehari-hari. Mulai dari sampo, deterjen, sampai tisu. "Habisnya lebih murah kalau dapat kupon," ujar Tristy. (les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER