Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu tantangan menjadi ibu tunggal adalah harus berjuang untuk membiayai kehidupan sendiri dan anak-anaknya. Tak bisa dimungkiri, ibu tunggal harus berjuang lebih keras, demi masa depan sang anak, atau bahkan untuk sekadar bertahan hidup.
Mia Amalia, salah satu dari empat penulis buku berjudul ‘The Single Moms’ mengatakan masalah finansial adalah masalah yang paling berat yang harus ia hadapi. Bagaimana tidak, ia harus menghidupi keempat orang anaknya yang masih sekolah, dengan tiga di antaranya sudah memasuki masa remaja.
Mia yang tadinya berprofesi sebagai pekerja lepas harus mencari akal agar pundi-pundi rupiahnya tetap terisi dan kehidupan anak-anaknya tetap terjamin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika anak saya semakin besar, kebutuhan sekolahnya banyak, saya merasa profesi sebagai freelance tidak tepat kalau untuk single mom. Akhirnya pertengahan tahun kemarin, bulan Mei, saya memilih bekerja sebagai
editor-in-chief di salah satu
media publishing," kata Mia kepada
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, menjadi pekerja lepas yang kadang ada pekerjaan dan kadang tidak, membuat situasi perekonomiannya berada dalam ketidakpastian. Ia tidak mau bertaruh untuk hal itu. Ia lebih memilih pekerjaan dengan penghasilan yang jelas dan teratur.
Ia juga menganjurkan, para ibu tunggal agar mempunyai tabungan. Setidaknya setiap 30 persen dari penghasilan harus disisihkan untuk ditabung.
Ibu juga harus menyiapkan asuransi pendidikan untuk anak. Apalagi jika sang anak masih bersekolah, asuransi pendidikan sangatlah penting agar anak tetap bisa berkembang dan meraih cita-citanya, meski tanpa kehadiran sosok ayah di sampingnya.
Selain itu, mendidik anak untuk lebih irit juga diperlukan. Bukan bermaksud melarang anak untuk membeli ini itu, tapi lebih kepada mengajari anak menabung dan membeli barang-barang yang benar-benar mereka butuhkan.
Untuk hal ini, Mia punya trik tersendiri. Demi menghemat pengeluaran, ia selalu menyiapkan bekal untuk keempat anaknya sebelum mereka berangkat sekolah. Sehingga Mia hanya memberikan uang untuk transportasi mereka saja. Dengan cara itu pun anak-anak Mia masih bisa menabung.
"Akhir semester mereka ada tabungan. Mereka beli barang yang diinginkan dengan uang itu, kadang sisanya saya tambahkan. Tapi dengan syarat barang yang mereka beli harus bisa dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Dengan begitu, selain bisa berhemat, Mia juga bisa mengajarkan anak-anaknya untuk menabung dan tidak menggunakan uang sesuka hati. Anak-anak itu pun akhirnya belajar bagaimana mendapatkan barang yang mereka inginkan dengan berjuang terlebih dahulu untuk mendapatkannya, yaitu dengan menabung.
(les)