Kisah 'Penjaga Terakhir' Kursi Katedral Jakarta

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Jumat, 25 Des 2015 17:18 WIB
Pak Samin adalah pemilik tangan terampil yang selalu sigap merawat jalinan rotan di kursi katedral, yang mudah koyak karena termakan usia.
Foto: CNN Indonesia/Tri Wahyuni
Jakarta, CNN Indonesia -- Bangunan megah bergaya neo gothic ala Eropa yang dikenal sebagai Gereja Katedral Jakarta ternyata usianya sudah menginjak 114 tahun. Tanggal 21 April 1901, gereja yang dibangun oleh arsitek bernama Marius Hulswit tersebut, diresmikan.

Siapapun yang melihat dan memasuki Gereja Katedral Jakarta pasti tidak bisa menahan decak kagumnya. Bangunan yang terlihat bak istana di negeri dongeng ini benar-benar memiliki arsitektur yang indah.

Dinding dan tiang-tiang penyangga atapnya terlihat kokoh. Jendela-jendela besar dengan pintu yang besar juga menambah kemegahan. Sementara ornamen-ornamen pada kaca dan dinding menyumbang keindahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tepat pada tahun 1993, Gereja Katedral Jakarta akhirnya dinobatkan sebagai bangunan cagar budaya. Gereja yang dibangun pada masa penjajahan Belanda ini dianggap sebagai warisan budaya karena mempunyai nilai sejarah dan budaya yang tinggi.

Di usia yang tidak muda lagi, apalagi dengan status bangunan cagar budaya, Gereja Katedral tentu membutuhkan perawatan ekstra. Semua keasliannya harus tetap terjaga.

Kokohnya dinding-dinding gereja beserta ornamen-ornamen yang menghiasinya, altar suci, orgel tua buatan Belgia dari tahun 1988, dan berbagai barang yang kondisinya masih asli sejak dibangun harus diperhatikan agar tidak rusak. Tak terkecuali kursi-kursi yang terbuat dari kayu jati yang mengisi ruang gereja.

Dari sekian banyak barang, kursi-kursi tersebut membutuhkan perhatian dan perawatan khusus. Sebab, setiap hari, jemaat yang datang, pasti duduk di kursi tersebut sehingga kursi pun rentan terhadap kerusakan jika tidak dijaga.

Pak Samin, pengrajin rotan penjaga kursi Gereja Katedral Jakarta. (Dok. Suryani Ika Sari)


Bagian yang paling sering ditemukan rusak adalah rotan-rotan yang menjadi alas duduk dan sandaran. Tidak sedikit ditemukan sandaran yang sudah bolong atau alas duduk yang mungkin saja bisa jebol sewaktu-waktu.

Tapi, kondisi tersebut tentu tidak dibiarkan begitu saja. Seorang laki-laki paruh baya dengan cekatan langsung memperbaikinya.

Laki-laki itu bernama Samin. Setiap ada rotan di kursi yang rusak, jemari lincah Samin dengan cekatan merangkai rotan-rotan kecil untuk menjadi sandaran dan alas duduk kursi.

Pak Samin bukanlah umat Nasrani. Namun Pak Samin tak merasa tabu untuk masuk dan duduk di bangku rumah ibadah umat Nasrani itu. Tahun ini, 2015, merupakan tahun ketujuh bagi Pak Samin memperbaiki bangku-bangku Gereja Katedral yang mulai koyak. Yang ia tahu, ia hanya mencari uang untuk menyambung hidupnya dan keluarganya dengan profesi yang halal. Profesi yang mungkin dianggap remeh sebagian orang, tapi sebenarnya sungguh berjasa, memberikan kenyamanan bagi orang lain saat beribadah.

Heri Gunawan, seorang jemaat Gereja Katedral Jakarta yang sering membantu mengelola gereja, juga menaruh rasa bangga terhadap Samin. Ia begitu heran melihat Samin yang sudah usianya sudah tua, masih sangat lihat dan ulet merangkai bilah-bilah rotan di kursi-kursi bangunan cagar budaya itu.

"Saya heran lho, dia kan sudah tua, lebih tua dari saya. Saya saja 66 tahun. Tapi dia benerin kursi tidak pakai kacamata. Saya saja sudah harus pakai kacamata," kata Heri kepada CNNIndonesia.com, ketika ditanya tentang sosok Samin.

Rasa kagum Heri semakin bertambah mengingat perjuangan Samin untuk bekerja di Gereja Katedral juga tidak mudah. Samin bercerita kepada Heri kalau setiap hari ia harus menempuh perjalanan selama 3 jam dari rumahnya yang berada di Cisalak, Depok.

Setiap harinya Samin berangkat pukul 05.00 pagi dari rumahnya. Sampai di Katedral, waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi. Setelah menyelesaikan pekerjaannya pada pukul 15.00 petang, ia langsung bergegas pulang dan sampai rumah pada jam 20.00 malam.

Di tengah kekagumannya, Heri juga menyimpan rasa khawatir. Heri bercerita, Samin adalah satu-satunya orang yang bisa membetulkan kursi-kursi Katedral. Tidak ada orang lain yang bisa membantunya karena memang dibutuhkan keahlian khusus.

Mulai dari belanja rotan, sampai merangkainya di kursi, semua Samin lakukan sendiri. Dalam satu hari, Samin bisa merangkai rotan untuk dua bangku sekaligus.

"Dia sendirian. Makanya banyak yang belum selesai. Masih ada kursi-kursi yang bolong. Tidak sempat dibetulkan sudah mau keburu Natal," ujar Heri.

Ia khawatir, ketika Samin sudah tidak mampu bekerja lagi, lantas siapa yang akan menjaga keaslian kursi-kursi Katedral yang terbuat dari kayu jati dan dilengkapi dengan anyaman rotan. Heri sempat menanyakan hal ini pada Samin, apakah anak Samin mewarisi keahliannya merangkai rotan.

"Tidak ada yang nerusin. Anak saya tidak bisa," kata Heri menirukan Samin.

(les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER